Stok Bulog Kritis, Harga Beras Medium Jakarta Nyaris Rp 15.000 per Kg
Harga beras medium di Jakarta melambung hingga mencapai Rp 14.900 per kilogram (kg) pada Selasa (11/4). Angka tersebut jauh lebih tinggi dari Harga Eceran Tertinggi atau HET yang baru saja dinaikkan pemerintah menjadi sebesar Rp 10.900 per kg.
Kenaikan harga beras tersebut terjadi di tengah panen raya padi yang dilakukan petani dalam negeri. Di sisi lain, Cadangan Beras Pemerintah atau CBP yang dikelola Bulog kritis.
Mengutip data hargapangan.id yang dirilis Bank Indonesia, harga rata-rata nasional beras medium I mencapai Rp 13.450 per kg. Harga beras medium I tersebut naik tipis dibandingkan pada akhir Maret 2023 yang mencapai Rp 13.400 per kg.
Sementara harga beras medium I di sejumlah daerah tercatat tinggi yaitu DKI Jakarta Rp 14.900 per kg, Sumatera Barat Rp 15.100 per kg, dan Kalimantan Selatan yang mencapai Rp 16.700 per kg.
Sementara harta beras medium termurah berada di Nusa Tenggara Barat yang hanya mencapai Rp 10.000 per kg.
Sementara, untuk harga rata-rata nasional beras Premium I mencapai Rp 14.800 per kg. Angka tersebut naik tipis jika dibandingkan pada Jumat (7/4) yang mencapai Rp 14.700 per kg.
Sedangkan rata-rata nasional harga beras Bawah I saat ini mencapai Rp 12.200 per kg. Angka tersebut turun sedikit, jika dibandingkan pada pekan lalu yang mencapai hingga Rp 12.250 per kg.
Stok Bulog Kritis
Sementara itu, Direktur Utama Perum Bulog, Budi Waseso, mengatakan Cadangan Beras Pemerintah atau CBP yang dikuasai Perum Bulog hanya mencapai 267.446 ton per 6 April 2023. Jumlah tersebut jauh di bawah CBP ideal Bulog yaitu mencapai 1,2 juta-1,5 juta ton.
Dia mengatakan, total stok beras yang dikuasai Bulog saat ini mencapai 283.883 ton. Selain CBP, Bulog juga memiliki stok beras komersial sebesar 16.437 ton.
"Adapun jumlah stok yang dikuasai ke depan akan bertambah seiring dengan penyerapan dari panen raya," ujar pria yang akrab disapa Buwas tersebut saat Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VI DPR RI, Selasa (11/4).
Serapan Bulog Rendah
Stok Bulog yang rendah tersebut terjadi saat panen raya, di mana biasanya pasokan beras dari petani melimpah. Itu artinya, serapan gabah atau beras dari Petani sangat rendah.
Guru Besar Institut Pertanian Bogor, Dwi Andreas, mengatakan stok beras yang rendah tersebut seharusnya tidak terjadi karena sudah ditopang impor beras yang masuk awal 2023.
"Berarti ada masalah yang krusial sehingga serapa Bulog dari hasil produksi petani dalam negeri amat sangat rendah," kata Dwi.
Dia mengatakan, kondisi tersebut terjadi karena harga pembelian pemerintah atau HPP yang ditawarkan Bulog lebih rendah dari harga pasar. Misalnya saja HPP gabah kering petani hanya Rp 5.000 per kg. Sementara harga GKP di pasar mencapai Rp 5.500 per kg.
Dwi mengatakan, pemerintah seharusnya bisa menerapkan harga felksibilitas hingga 10% sehingga bisa menyerap gabah dan beras dari petani. "Misalkan harga fleksibilitasnya 10% saja, saya yakin Bulog akan sangat mampu menyerap gabah dari petani," ujarnya.
Namun demikian, Dwi mengingatkan bahwa stok CBP Bulog berbeda dengan stok yang ada di masyarakat. Dia mengatakan, stok beras di masyarakat cukup tersedia.
Berdasarkan data BPS, stok awal beras awal 2023 menca[ai 4 juta ton. Sementara produksi Januari sampai April diperkirakan mencapai 13,8 juta ton. Dengan demikian, total stok beras mencapai 17,8 juta ton.
"Sementara konsumsi beras Januari-April mencapai 10 juta ton. Itu berarti ada sisa sekitar 7,8 juta ton beras," ujarnya.
Menurut laporan Badan Pusat Statistik (BPS), volume produksi beras Indonesia mencapai 31,54 juta ton pada 2022. Jumlah ini naik 0,59% dibanding produksi tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).