Harga Telur Naik, Peternak Minta Bulog Impor Jagung untuk Pakan Ayam
Peternak ayam petelur meminta Badan Urusan Logistik atau Bulog impor jagung untuk menekan harga pakan ayam. Pakan ayam yang mahal menyebabkan harga telur meroket akhir-akhir ini.
Wakil Sekretaris Jenderal Persatuan Insan Perunggasan Rakyat atau Pinsar, Samhadi, mengatakan harga pakan ternak saat ini naik 20% dari Rp 6.000 per kg menjadi Rp 7.200 per kg. Impor jagung diharapkan bisa menambah stok bahan baku untuk pakan ternak sehingga harganya tidak melambung.
Namun demikian, Samhadi mengatakan, impor tersebut harus melalui Bulog agar volume jagung di dalam negeri dapat terkontrol dengan baik. Dengan demikian, harga pakan ternak di tingkat petani dalam negeri tidak anjlok.
“Tapi jumlah impor ini harus diatur oleh Bulog, sehingga tidak sampai mengganggu atau merusak di harga petani jagung dalam negeri,” ujarnya saat dihubungi Katadata.co.id, Kamis (25/5).
Samhadi mengatakan, harga telur diprediksi akan terus melonjak hingga September 2023 jika pemerintah tidak melakukan impor jagung untuk pakan ternak. Pasalnya, harga telur yang sedang naik saat ini salah satunya dipengaruhi oleh pakan ternak.
"Jadi harga pakan terutama jagung yang mahal itu, membentuk biaya produksi yang lebih tinggi dari biasanya, jadi harga telur mahal karena pakan ternaknya juga mahal,” kata dia.
Dia memproyeksikan harga pakan ternak jagung bisa lebih tinggi lagi karena akan terjadi kemarau atau musim paceklik pada Juli, Agustus, hingga Oktober. Kemarau tersebut akan mempengaruhi produksi jagung yang menjadi bahan utama pakan ternak.
“Nah itu yang akan membuat harga pakannya lebih tinggi lagi, lalu berdampak ke harga telur,” ujarnya.
Produksi telur ayam ras petelur di Indonesia konsisten meningkat tiap tahun selama periode 2017-2021. Menurut laporan Statistik Peternakan dan Kesehatan Hewan 2021, produksi telur ayam ras tahun 2017 tercatat sebesar 4,63 juta ton.
Kemudian produksinya meningkat 1,19% menjadi 4,68 juta ton pada 2018, dilanjutkan naik 1,4% menjadi 4,75 juta ton pada 2019. Tren peningkatan terus berlanjut seperti terlihat pada grafik, hingga produksinya mencapai 5,15 juta ton pada 2021.