Indonesia Dinilai Perlu Industri Unggulan untuk Naik Jadi Negara Kaya
Bank Dunia mengkategorikan Indonesia dalam kelompok negara berpenghasilan menengah atas. Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia atau Apindo Shinta Widjaja Kamdani mengatakan dengan status kelas baru ini Indonesia perlu memiliki industri unggulan agar bisa melesat menjadi negara berpenghasilan tinggi atau negara kaya.
Shinta menilai Indonesia berpeluang mengembangkan industri hijau dan digitalisasi. "Kalau dilihat dari dimensi yang ada, dari luar itu arahnya pasti ke arah ekonomi hijau, ke arah digitalisasi, arahnya kan semuanya ke situ,” ujar Shinta di sela-sela konferensi pers Trade Expo 2023, di Kantor Kementerian Perdagangan, Senin (10/7).
Pemerintah saat ini mengatakan Indonesia fokus dalam pengembangan industri hijau seperti Energi Baru Terbarukan atau EBT dan Electric Vehicle atau Kendaraan Listrik. Selain itu, saat ini infrastruktur dan transportasi juga sudah menuju kepada industri hijau atau sustainable.
“Jadi memang arahnya sudah lebih ke industri hijau yang menjadi fokus Indonesia, ini yang saya rasa akan menjadi prioritas untuk Indonesia,” ujarnya.
Namun, saat ini Indonesia masih memiliki beberapa persoalan untuk menggenjot industri dalam negeri. Salah satunya persoalan Sumber Daya Manusia atau SDM yang terbatas keahlian (skill).
Sehingga para pelaku usaha harus memberikan pelatihan kepada tenaga kerjanya. “Kami melihat banyak permasalahannya di industri-industri padat karya terutama tekstil,” ujarnya.
Shinta mengatakan permasalahan lainnya, Indonesia masih mengalami ketergantungan bahan baku impor sebesar 70%. “Kita masih masuk ke substitusi impor, maka tidak hanya hilir industrinya saja, tetapi industri hulu nya juga harus dikembangkan,” kata dia.
Bank Dunia memasukkan Indonesia, El Salvador serta Palestina dari sebelumnya negara berpenghasilan menengah bawah menjadi menengah atas. Hal ini sejalan dengan pendapatan per kapita Indonesia meningkat menjadi US$ 4.580 pada 2022.
Bank Dunia menyebut, kenaikan ini karena pertumbuhan ekonomi yang kuat tahun lalu mencapai 5,3%. Namun dengan pertumbuhan ekonomi yang moderat sekalipun, Bank Dunia menyebut ketiga negara itu bisa naik kelas karena pendapatan per kapita mereka pada 2021 sebetulnya sudah mendekati thershold untuk masuk kelompok negara menengah atas.