Rusia Mundur dari Perjanjian Ekspor Gandum, Bagaimana Dampak pada RI?
Rusia mundur dari perjanjian yang memfasilitasi ekspor gandum dari Ukraina. Padahal, dua negara tersebut merupakan produsen biji-bijian terbesar dunia.
Menanggapi hal itu, Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan dan Minuman Indonesia atau GAPMMI, Adhi S. Lukman, kejadian tersebut seharusnya tidak menjadi suatu masalah yang besar. Pasalnya, Rusia dan Ukraina bukan pemasok gandum utama ke Indonesia.
“Perkiraan saya harusnya tidak masalah. Karena saat perang kemarin kita Indonesia, sudah tidak tergantung dengan Rusia lagi jadi ini tidak terlalu masalah,” ujar Adhi kepada Katadata.co.id, saat ditemui di Gedung Kementerian Perindustrian, Selasa (18/7).
Oleh sebab itu, Adhi berharap, Indonesia bisa mendapatkan pasokan gandum dari negara lain seperti Australia, Amerika Latin, hingga Amerika Utara. Dengan begitu, kebutuhan gandum di Tanah Air akan tercukupi sehingga harga pun akan tetap stabil dan tidak melonjak.
Disisi lain, Sekjen PBB Antonio Guterres mengatakan, dengan adanya perjanjian itu membantu menurunkan harga pangan lebih dari 20% secara global.
"Ratusan juta orang menghadapi kelaparan dan konsumen menghadapi krisis biaya hidup global. Mereka akan membayar harganya," kata Guterres tentang keputusan Rusia.
Dia mengatakan, PBB akan terus berusaha mendapatkan akses tanpa hambatan ke pasar global untuk makanan dan pupuk dari Ukraina dan Rusia.
Berdasarkan laporan Departemen Pertanian Amerika Serikat (USDA), produksi gandum global diproyeksikan mencapai 788,49 juta metrik ton pada periode musim 2022/2023.
Jumlah produksi tersebut bertambah 8,25 juta metrik ton dibanding periode sebelumnya, yang produksinya 780,24 juta metrik ton pada 2021/2022.
Berikut 10 negara penghasil gandum terbesar di dunia, seperti tertera dalam grafik.