Pemerintah Akan Buka Opsi Larang Ekspor Pasir Kuarsa
Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal atau BKPM Bahlil Lahadalia mengungkapkan, pemerintah berencana membuka opsi untuk menyetop ekspor pasir silika atau pasir kuarsa. Hal tersebut bertujuan agar Indonesia bisa mengelola pasir kuarsa secara optimal.
"Kita ingin ke depannya pasir kuarsa dikelola, dan tidak menutup kemungkinan ke depan kita juga pertimbangkan untuk kita larang ekspornya juga. Ya terserah orang mau protes kita protes saja, masa negara kita nggak boleh maju-maju," ujar Bahlil dalam konferensi pers di Kantor Kementerian Investasi, Jakarta, Jumat (21/7).
Bahlil mengatakan, Presiden Joko Widodo juga sudah memerintahkan Kementerian Investasi untuk mulai mencari investor di luar sektor nikel dan timah. Untuk itu, dia menilai pasir kuarsa memiliki potensi yang baik, mengingat cadangan pasir kuarsa di Indonesia menjadi yang terbesar di dunia.
Untuk diketahui, pasir kuarsa merupakan bahan baku untuk membangun kaca dan panel surya. Menurut Bahlil, pasir kuarsa bisa menjadi peluang besar untuk Indonesia, apalagi energi hijau sedang gencar diterapkan di dunia.
"Karena ke depannya dunia akan green energy, pasti membutuhkan ini. Nah perusahaan Xinyi ini perusahaan terbesar di dunia, dia mau menguasai market share dunia itu 20% lebih,” kata dia.
Bahlil Kunjungi Xinyi Group
Sebelumnya, Bahlil mengunjungi Cina dalam rangka kunjungan sejumlah investor potensial, termasuk Xinyi Group yang merupakan perusahaan industri kaca dan solar panel. Rencananya, Xinyi Group akan membangun hilirisasi pasir kuarsa di Kawasan Rempang, Batam.
“Saya lihat Xinyi adalah salah satu pemain yang terbesar di dunia yang akan melakukan investasi di Indonesia, di Rempang," ujar Bahlil dalam keterangan tertulis, Rabu (19/7).
Bahlil mengatakan, kunjungan ini untuk memperlihatkan dukungan terhadap perusahaan-perusahaan asing yang ingin mengembangkan bisnisnya di Indonesia. Selain itu, kunjungan ini juga mencerminkan komitmen pemerintah Indonesia untuk terus mendorong hilirisasi dalam berbagai sektor industri.
"Selama ini kan kita telah melakukan hilirisasi nikel. Kita mempunyai komoditas pasir kuarsa, silika yang selama ini kita ekspor raw material. Dengan kita membangun ekosistem pabrik kaca dan solar panel, ini merupakan bagian daripada hilirisasi di sektor pasir kuarsa," ungkap Bahlil.
Sementara itu, CEO Xinyi Group Gerry Tung menyampaikan apresiasinya kepada pemerintah Indonesia atas kemudahan dalam penanaman modal di Indonesia. Meningkatnya iklim investasi dan potensi ekonomi Indonesia merupakan salah satu faktor yang mendorong Xinyi Group memutuskan untuk menambah investasinya di Indonesia.
Xinyi Group yang merupakan perusahaan dari Xinyi Glass dan Xinyi Solar adalah perusahaan multinasional yang berbasis di Hong Kong dan memiliki operasi di seluruh dunia. Perusahaan ini adalah salah satu produsen kaca terbesar, dengan berbagai produk kaca yang digunakan dalam sektor otomotif, konstruksi, dan energi.
Selain itu, Xinyi Group juga merupakan pemimpin dalam pembuatan solar panel, memanfaatkan teknologi canggih dan berkelanjutan untuk mendukung transisi global ke energi terbarukan.
Selama periode 2018-kuartal I 2023, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) menempati peringkat asal Penanaman Modal Asing (PMA) kedua terbesar dengan total capaian US$ 24,55 miliar.
Investasi tersebut tersebar di 5 besar wilayah di Indonesia, yaitu: Sulawesi Tengah (US$ 6,88 miliar), Jawa Barat (US$ 5,21 miliar), Maluku Utara (US$ 3,83 miliar), DKI Jakarta (US$ 1,74 miliar), dan Banten (US$ 1,45 miliar).