Pesawat Baru Airbus Gunakan Bahan Bakar Ramah Lingkungan
Airbus, manufaktur pesawat terbang asal Eropa, memanfaatkan momentum pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19 untuk memperkenalkan generasi pesawat baru yang lebih ramah lingkungan. Pesawat-pesawat tersebut menggunakan 50% avtur dan 50% bahan bakar ramah lingkungan (sustainable aviation fuels).
"Pesawat yang kami produksi saat ini sudah mampu terbang dengan campuran sustainable aviation fuels (SAF) hingga 50%. Kami memiliki target untuk meningkatkannya menjadi 100% pada 2030," ujar Airbus President Asia-Pacific Anand Stanley, dalam roundtable media gathering, di Jakarta, Rabu (6/9).
Saat ini Airbus juga tengah mengembangkan pesawat yang menggunakan sumber energi baru seperti hidrogen atau bahan bakar sintetis. "Kami sedang mengembangkan tiga konsep pesawat yang bisa ditenagai hidrogen dengan kapasitas 100 hingga 200 kursi, sehingga menghasilkan emisi hampir nol. Pesawat seperti ini dapat memenuhi keperluan rute domestik yang lebih pendek di Indonesia," kata Stanley. Pesawat berbahan bakar hidrogen tersebut akan meluncur pada 2025.
Airbus ingin menjadi katalisator bagi perubahan menuju industri penerbangan yang rendah emisi. Akan tetapi, upaya ini juga membutuhkan dukungan dari berbagai pemangku kepentingan lintas sektoral, yang menyatukan produsen pesawat, maskapai penerbangan, bandara, penyedia energi, regulator, dan pemerintah. "Airbus siap bekerja sama dengan industri lokal dan terus memperkuat kehadiran kami di Indonesia," kata Stanley.
Sebelumnya, Pertamina telah memulai uji coba bahan bakar ramah lingkungan untuk pesawat komersial pada Juli lalu. Pertamina sukses melakukan uji statis SAF pada mesin jet CFM56-7B yang biasa digunakan pada pesawat komersial di fasilitas Test Cell milik GMF Aeroasia.
Uji coba ini adalah rangkaian pertama untuk memastikan produk SAF Pertamina layak digunakan untuk pesawat komersial. Pada 2021, SAF telah berhasil menerbangkan pesawat militer berjenis CN 250. Setelah lolos uji statis, produk SAF buatan Pertamina akan memasuki tahap pengujian selanjutnya, yaitu uji Ground Round dan Flight Test.
VP Corporate Communication Pertamina Fadjar Djoko Santoso menyatakan Pertamina memproduksi SAF melalui metode co-processing yang memproduksi green-fuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi menjadi green hydrocarbon. Produk ini disebut sebagai bioavtur.