Jatah Impor Garam Belum akan Dipangkas Meski Produksi Domestik Naik

Andi M. Arief
6 Oktober 2023, 12:31
garam impor, impor, garam
ANTARA FOTO/Muhammad Arif Pribadi/rwa.
Ilustrasi. Produksi garam diperkirakan naik hingga 50% pada tahun ini dibandingkan tahun lalu.

Kementerian Perindustrian belum berencana mengurangi jatah impor untuk kebutuhan industri pada tahun depan meski produksi garam domestik melonjak tahun ini. Produksi garam diperkirakan melonjak dari 1,7 juta ton pada tahun lalu menjadi 2,5 juta ton pada tahun ini.

Direktur Industri Kimia Hulu Kemenperin Putu Nadi Astuti mengatakan, pihaknya masih menyusun neraca garam 2024. Namun, menurut dia, rencana impor garam pada tahun depan serupa dengan tahun ini atau mencapai 2,8 juta ton.

Putu memahami  ada potensi kenaikan proyeksi produksi garam lokal dari 1,7 juta ton pada akhir 2022 menjadi 2,5 juta ton pada tahun ini. Namun, ia  belum berencana mengubah rencana impor garam 2024 demi menjaga daya saing industri di dalam negeri.

"Untuk menghasilkan garam industri dari garam lokal, biayanya sangat besar. Kalau harga garam industrinya mahal, nanti berdampak pada ongkos produksi yang akhirnya pada harga jual produk," kata Putu kepada Katadata.co.id, Jumat (6/10).

Putu mencatat, mayoritas industri yang menggunakan garam sebagai bahan bakunya adalah industri klor alkali, makanan dan minuman, serta farmasi. Ketiga industri tersebut memiliki standar kemurnian gula yang berbeda.

Menurut Putu, standar kemurnian garam untuk industri makanan dan minuman adalah 94%, sedangkan untuk industri klor alkali adalah 97% dan untuk farmasi mencapai 99,9%. Asosiasi Petani Garam Rakyat Indonesia atau APGRI mendata, rata-rata kemurnian garam lokal tahun ini dapat mencapai 95% berkat El Nino.

Oleh karena itu, Putu mengatakan, garam lokal harus melalui proses produksi lanjutan untuk meningkatkan kemurnian garam bagi industri klor alkali dan farmasi. Oleh karena itu, Putu mengatakan belum ada rencana perubahan impor garam industri bagi industri klor alkali dan farmasi.

Bedasarkan data yang dimiliki Putu pada tahun ini, industri klor alkali mendapatkan seluruh garam industri dari luar negeri atau sekitar 2,3 juta ton. Sementara itu, volume impor garam untuk industri farmasi sekitar 5.900 ton. 

Putu menyampaikan harga garam menjadi salah satu faktor penentu daya saing di industri klor alkali. Industri ini memproduksi kertas, pipa PVC, dan plastik.

Di sisi lain, menurut dia, kelebihan produksi garam lokal sebenarnya dapat diserap industri makanan dan minuman. Namun mayoritas pabrikan masih akan menggunakan garam impor.

"Jadi, kalau untuk industri klor alkali ini enggak masalah impor garam karena sesuai dengan regulasi," ujarnya.

Putu mencatat garam impor yang digunakan industri makanan dan minuman tahun ini hampir 500 ribu ton. Menurutnya, volume garam impor pada tahun depan belum akan banyak berubah sejauh ini. Ini karena komponen khusus yang dibutuhkan dalam garam untuk industri makanan dan minuman, seperti kalsium, magnesium, dan kadar air yang seringkali berbeda dengan garam lokal. 

Putu menyampaikan kualitas garam yang tidak sesuai akan membuat mesin produksi industri mamin tersumbat karena kalsifikasi. Secara sederhana, selang alat produksi dapat mengalami pengapuran karena kelebihan atau kekurangan kalsium dan magnesium.

"Mungkin perlu dipilah industri makanan dan minuman mana yang bisa menyerap garam lokal dan mana yang harus menggunakan garam impor sebagai bahan baku," kata Putu.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...