Kemenhub soal Sederet Masalah LRT Jabodebek: Selesai Akhir Tahun Ini
LRT Jabodebek mengalami sejumlah insiden sejak mulai beroperasi pada akhir Agustus 2023, mulai dari roda aus, waktu tunggu yang lama, hingga atap stasiun bocor. Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menargetkan masalah-masalah yang dihadapi LRT Jabodebek dapat rampung sebelum menutup tahun ini.
"Kami sudah melakukan rapat dua kali dan kami melakukan penilaian tentang apa saja yang harus dilakukan baik sarana maupun prasarana. PT KAI akan meningkatkan itu dan mudah-mudahan pada Desember 2023 semuanya bisa berjalan dengan baik," kata Budi dalam rapat kerja bersama Komisi V DPR, Selasa (7/11).
Sebanyak 15 rangkaian LRT Jabodebek saat ini sedang dalam masa perawatan sehingga hanya terdapat delapan unit rangkaian yang beroperasi. Hal ini menyebabkan frekuensi perjalanan LRT Jabodebek turun menjadi hanya satu sampai dua perjalanan per jam.
Direktur Jenderal Perkeretaapian M Risal Wasal mengatakan, pemerintah sedang berkoordinasi dengan konsultan dalam menangani masalah tersebut. Risal tidak menyebutkan siapa konsultan yang dimaksud. Namun, ia menargetkan performa LRT Jabodebek dapat meningkat.
Kemenhub bekerja sama dengan dua perusahaan konsultan asal Inggris dalam memastikan kesiapan operasional LRT Jabodebek. Konsultan yang dimaksud adalah The Crossrail International dan PT Mott Macdonald Indonesia.
Risal menilai pengurangan frekuensi perjalanan LRT tidak mengurangi tingkat okupansi transportasi umum tersebut. Hal tersebut, menurutnya, terlihat dari tidak berubahnya okupansi kereta api commuter maupun transportasi lain.
"LRT Jakarta siap untuk membantu mengembalikan kondisi roda LRT yang menjadi penyebab perawatan," ujarnya.
Sebanyak 13 rangkaian LRT Jabodebek mendapatkan perawatan bubut roda. Hal tersebut bertujuan untuk memastikan kondisi roda kereta sesuai dengan persyaratan LRT Jabodebek. Di samping itu, PT Kereta Api Indonesia menemukan dua rangkaian LRT mengalami gangguan integrasi sistem persinyalan.
Beberapa pengamat transportasi menilai pengoperasian LRT secara komersial terlalu cepat dibandingkan komersialisasi Moda Raya Terpadu atau MRT Jakarta. Selain itu, tarif yang berlaku juga mendapat kritik dari para pengguna. "Semua akan jadi masukan bagi kami selaku regulator," ujar Adita.
Pengamat Transportasi Publik Djoko Setijowarno mengatakan pemerintah memaksakan komersialisasi LRT terlalu cepat. Padahal, statusnya saat ini masih masuk dalam masa uji coba.
Djoko tidak heran dengan masifnya jumlah rangkaian LRT yang masuk bengkel. Sebab, kerusakan pada rangkaian kereta merupakan hal yang wajar pada masa uji coba. Ia menyarankan agar operator memangkas tarif LRT dengan tarif maksimal senilai Rp 10 ribu untuk setiap perjalanan. Hal tersebut akan menekan kekecewaan masyarakat terhadap pengoperasian LRT yang seharusnya masih pada masa uji coba.
"Tarif LRT saat ini sudah mahal, macet, hasilnya orang kecewa. Kalau tarif LRT hanya bayar antara Rp 5.000 sampai Rp 10 ribu, enggak mungkin orang minta pelayanan cepat," kata Djoko kepada Katadata.co.id.