Jokowi-Biden Sepakati Era Kemitraan Baru, Bidik Produksi Semikonduktor
Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Presiden Amerika Serikat Joe Biden sepakat untuk menjalin kerja sama penguatan rantai rantai pasok produk semikonduktor.
Keputusan tersebut merupakah hasil dari peningkatkan kerja sama dua negara menjadi comprehensive strategic partnership alias kemitraan strategis komprehensif di Gedung Putih, Washington DC pada Senin, 13 November 2023.
Biden menyebut kesepakatan itu sebagai era baru dalam kerja sama Indonesia dan AS. Ia berharap kerja sama antara Negeri Abang Sam dengan Indonesia dapat terjalin lebih erat.
"Hari ini kita meningkatkan hubungan kita ke tingkat tertinggi dengan berbicara mengenai kemitraan strategis komprehensif," kata Biden sebagaimana dikutip dari siaran Youtube Sekretariat Presiden pada Selasa (14/11).
Melansir Keterangan Pers Gedung Putih, Pemerintah AS dan Indonesia setuju untuk untuk menciptakan rantai nilai semikonduktor global yang lebih tangguh, aman, dan berkelanjutan.
Rencana tersebut diawali dengan tinjauan terhadap ekosistem semikonduktor Indonesia saat ini, yang mencakup kerangka peraturan, serta kebutuhan tenaga kerja dan infrastruktur. Kajian tersebut bakal menjadi informasi bagi Pemerintah AS untuk menjalin kemitraan lebih lanjut.
Gedung Putih menilai kolaborasi AS dan Indonesia dalam mengembangkan bisnis semikonduktor cukup krusial. Amerika Serikat juga bermaksud bermitra dengan asosiasi industri untuk memimpin delegasi perdagangan perusahaan semikonduktor AS ke Indonesia.
Pada pertemuan tersebut, Jokowi mengapresiasi inisiatif AS untuk memperkuat kerja sama pada sektor ekonomi, khususnya pada aspek rantai pasok komoditas.
"Indonesia juga berharap kemitraan kita dapat berkontribusi pada perdamaian dan kemakmuran regional dan global," kata Jokowi.
Selain itu, AS juga berkomitmen untuk berinvestasi pada perusahaan-perusahaan berkembang di Indonesia melalui International Development Finance Corporation (DFC). Bank Pembangunan AS itu akan akan menyediakan pendanaan baru sebesar $131 juta atau sekira Rp 2,05 triliun.
Lebih lanjut, Pemerintah AS juga berjanji untuk meningkatkan konektivitas digital di pedesaan Indonesia. Badan Perdagangan dan Pembangunan Amerika Serikat (USTDA) akan menyalurkan hibah kepada Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Hibah itu bakal digunakan sebagai modal studi kelayakan komersial dan teknis penerapan teknologi jaringan akses radio terbuka alias Open RAN untuk menyediakan konektivitas digital untuk sekitar 1.621 desa yang belum terlayani di seluruh Indonesia.
Pemerintah AS juga menjembatani investasi sektor swasta kepada Pemerintah Indonesia. Salah satunya, kemitraan antara ExxonMobil dan Indonesia untuk meningkatkan pertumbuhan industri dan mendorong dekarbonisasi RI hingga Indo-Pasifik.
Komitmen investasi senilai Rp 15 miliar atau sekira Rp 235,5 triliun itu juga ditujukan untuk melaksanakan studi bersama oleh ExxonMobil dan Pertamina. Dua perusahaan akan studi potensi pusat penangkapan karbon atau Carbon Capture Storage (CCS) di Laut Jawa yang dapat menampung tiga giga ton karbon dioksida.