Harga Kedelai Meroket, Perajin Siasati Ukuran Tempe jadi Lebih Kecil
Harga kedelai yang meroket membuat sejumlah perajin tempe di Boyolali, Jawa Tengah harus memutar otak untuk mengatur strategi. Mereka akhirnya menyiasati kenaikan harga bahan baku dengan memperkecil ukuran tempe yang dijual tanpa menaikkan harga jualnya.
Salah satu perajin tempe di Desa Urutsewu, Boyolali, Jawa Tengah, Wartini bercerita, harga kedelai dalam sebulan terakhir terus naik. Dalam kondisi normal, harga kedelai hanya mencapai Rp 10.000 hingga Rp 10.500 per kg. Namun, harga kedelai kini mencapai Rp 16.000 per kg.
"Kenaikan harga kedelai itu, berdampak pada omzet perajin tempe yang terus menurun", kata Wartini, Selasa (16/11), seperti dikutip dari Antara.
Menurut dia, perajin tidak mungkin akan menaikkan harga tempe di pasar. Oleh karena itu, kenaikan harga bahan baku disiasati para perajin dengan mengubah atau memperkecoiukuran tempe yaitu dengan cara memperkecil ukuran dan mengurangi produksi tempe. Ukuran produksi dikurangi sekitar satu sentimeter agar tetap dapat produksi.
"Kami para perajin tempe untuk menutupi biaya produksi yang semakin membesar harus memutar otak demi keberlangsungan bisnis agar tetap berjalan," katanya.
Dia menjelaskan, produksi tempe dari usahanya rata-rata mencapai 3 kuintal per hari. Dengan naiknya harga kedelai, ia mengurangi produksi tempe menjadi 2 kuintal per hari.
Ia mengatakan,i para perajin tempe belum berencana menaikkan harga jual dan tetap menjual tempe dengan harga normal yakni Rp 2,500 per potong. Setiap potong memiliki ukuran tebal 2,5 sentimeter, panjang 21 sentimeter dan lebar 6 sentimeter .
Kepala Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Boyolali Darmadi mengatakan ada kenaikan harga kedelai dari tingkat pemasok, tetapi persediaan barang masih mencukupi kebutuhan pasar. Berdasarkan hasil pantauan di pasar-pasar tradisional di Boyolali, harga kedelai masih mencapai Rp12.600/kg, sedangkan harga di tingkat produsen mencapai Rp10.600/kg.
Pihaknya akan terus memantau harga-harga barang kebutuhan pokok di pasar-pasar tradisional di Boyolali untuk mengendalikan harga agar tidak naik. Stok di pasar masih mencukupi kebutuhan konsumen hingga saat ini.