Lima Solusi Produsen Minyak Goreng agar HET Tak Perlu Naik
Gabungan Industri Minyak Nabati Indonesia atau Gimni menilai, penyesuaian Harga Eceran Tertinggi atau HET berptensi membuat minyak goreng tidak terjangkau masyarakat. Gimni menilai masih terdapat sejumlah solusi lain agar harga minya goreng tak naik.
Pemerintah berencana menyesuaikan HET minyak goreng curah Rp 1.000 per liter menjadi Rp 15.000 per liter. Dasar penyesuaian HET tersebut adalah inflasi yang terjadi sepanjang 2023.
"Presiden sudah katakan minyak goreng itu harus terjangkau, tersedia, dan sehat," kata Direktur Eksekutif Gimni Sahat Sinaga kepada Katadata.co.id, Rabu (29/11).
Sahat mengatakan, harga minyak sawit mentah atau CPO saat ini dalam tren penurunan, yaknni sekitar Rp 11.000 per liter. Sahat menceritakan HET senilai Rp 14.000 per liter ditentukan saat harga CPO mendekati Rp 13.000 per liter.
Ia menyarankan agar pemerintah melakukan tiga hal untuk menjaga HET minyak goreng curah tetap Rp 14.000 per liter. Pertama, menurunkan Pajak Pertambahan Nilai atau PPN minyak goreng curah menjadi Rp 0.
Menurut Sahat, penurunan PPN dapat dilakukan selama satu tahun kepada produsen minyak goreng curah. Sahat mengatakan. langkah tersebut akan membuat masyarakat terbiasa menggunakan minyak goreng curah.
Kedua, jika harga pasar belum terjangkau, dapat diberikan tambahan insentif yang berasal dari pungutan BPDPKS. Ketiga, menugaskan menugaskan penyaluran minyak goreng ke instnsi pemerintah.
Keempat, subsidi yang diberikan ke MinyakKita diberikan ke institusi pemerintah, bukan ke produsen MinyakKita. Kelima, distributor minyak goreng dapat membeli MinyakKita dengan harga pasar karena subsidi tak lagi diberikan ke produsen.
"Sejalan dengan itu semua, konsep DMO itu tak perlu diribetkan," kata dia.