Profil Tsingshan, Perusahaan Pemilik Smelter yang Meledak di Morowali
Tungku smelter nikel milik PT Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS) di Kawasan Industri Morowali, Sulawesi Tengah meledak pada Minggu (24/12). Ledakan smelter tersebut menewaskan 19 orang dan melukai puluhan orang lainnya.
Dari laporan ITSS, ledakan terjadi pada tungku feronikel nomor 41 yang masih ditutup karena menjalani proses pemeliharaan. "Saat proses perbaikan, terdapat sisa slag dalam tungku yang keluar lalu bersentuhan dengan barang yang mudah terbakar di lokasi," kata Media Relations Head PT IMIP Dedy Kurniawan di Palu, Sulawesi Tengah, (24/12) dikutip dari Antara.
Ikatan dinding tungku yang runtuh dan sisa besi mengalir keluar sehingga menyebabkan kebakaran. Dari laporan perusahaan, korban yang terluka umumnya disebabkan oleh uap panas dari tungku smelter.
Berdasarkan perkembangan informasi terakhir, total korban ledakan tungku smelter nikel mencapai 59 orang. Korban meninggal dunia mencapai 19 orang, luka berat mencapai 23 orang, luka sedang sebanyak 12 orang dan lima orang mengalami luka ringan.
ITSS merupakan perusahaan yang bergerak di bidang produksi stainless steel dan pengolahan mineral logam. Berdasarkan Mineral One Data Indonesia (MODI) Kementerian ESDM, PT ITSS mengantongi Izin Usaha Pertambangan Operasi Produksi Khusus (IUP OPK) yang berlaku dari 15 Oktober 2019 hingga 15 Oktober 2049.
Data tersebut juga menjelaskan daftar pemegang saham ITSS yang terdiri atas empat perusahaan asal Cina, satu perusahaan asal India, dan Indonesia. Tsingshan Holding Group Company Limited dari China menggenggam kepemilikan terbesar mencapai 50%.
Selain itu, ada Ruipu Technology Group Company Limited yang menggenggam kepemilikan 20%, Tsingtuo Group Co. Ltd. sebesar 10%, Hanwa Company Limited 10%, dan perusahaan asal Indonesia yakni PT Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP) sebanyak 10%.
Perusahaan ini dipimpin oleh seorang Presiden Direktur bernama Wu Huadi dan Presiden komisaris Xiang Binghe. PT ITSS ini berkantor pusat di Wisma Mulia, Jakarta Selatan. Namun, kegiatan produksi dan pengolahannya berada di kawasan industri di Morowali, Sulawesi Tengah.
Industri Morowali merupakan kawasan industri berbasis nikel yang terintegrasi dengan produk utama berupa nikel, stainless steel dan carbon steel. Industri pendukungnya terentang dari coal power plant, pabrik mangan, silikon, chrome, kapur, kokas, dan lainnya, hingga pelabuhan dan bandara.
Kawasan Industri IMIP, merupakan kerjasama antara Bintang Delapan Group dari Indonesia dengan Tsingshan Steel Group dari China. dilansir dari situs resmi IMIP, PT ITSS juga mengoperasikan smelter NPI 600 ribu ton per tahun dan stainless steel slab 1 juta ton per tahun.
Selain ITSS, dalam kawasan IMIP juga terdapat PT. Indonesia Morowali Industrial Park (IMIP), PT. Sulawesi Mining Investment Indonesia (SMI), PT. Guangqing Nickel Corporations Indonesia (GCNS), PT. Indonesia Tsingshan Stainless Steel (ITSS), PT. Indonesia Ruipu Nichrome (IRNC), dan dan PT. Dexin Steel Indonesia (DSI).
Jadwal Operasi Kembali
Kementerian Perindustrian telah menjadwalkan waktu untuk pengoperasian kembali smelter milik PT ITSS pasca ledakan.
Kemenperin menyebut ledakan ini dipastikan tidak memengaruhi kapasitas smelter perusahaan hasil patungan dengan investor Cina tersebut. "Sudah ada identifikasi dugaan penyebab insiden dan sudah cukup banyak saksi. Dari sisi Kementerian Perindustrian adalah bagaimana agar produksi bisa diteruskan dan penanganan korban bisa dilanjutkan," ujar Direktur Perwilayahan Industri Kemenperin Heru Kustanto kepada Katadata.co.id, Kamis (28/12).
Meski sudah memiliki jadwal kapan smelter ITSS beroperasi kembali, Heru belum mau mengungkapkannya. Kementerian Perindustrian sebelumnya telah mengirimkan tim khusus sejak Selasa (26/12) ke Morowali untuk memastikan penanganan korban, serta aspek keselamatan produksi dan perbaikan fasilitas yang rusak.
Heru pun mengingatkan ITSS untuk memastikan tata kelola produksi pada smelter nikel, terutama terkait aspek keselamatan pekerja. Hal tersebut cukup berat lantaran industri peleburan merupakan industri menggunakan teknologi tinggi. "Ini industri yang sangat sensitif, sehingga kejadian sekecil apapun akan berdampak pada keselamatan pekerjanya," katanya.
Selain tidak memengaruhi kapasitas, ledakan ini juga disebut tidak akan berpengaruh banyak pada investasi asing di sektor pertambangan. Ia mencatat akan ada beberapa kawasan industri baru di bidang peleburan dari investasi asing.
Kawasan industri tersebut berada di Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, Sulawesi Selatan, dan Maluku Utara. "Jadi, investasi di sektor logam, khususnya pembangunan smelter akan terus berkembang 2-5 tahun ke depan," katanya.
BPJS akan Beri Santunan
BPJS Ketenagakerjaan akan membayarkan santunan kepada korban dalam ledakan tungku smelter PT Indonesia Tsinghan Stainless Steel di Morowali, Sulawesi Tengah. Total santunan yang akan diberikan mencapai Rp 2 miliar dan dapat bertambah seiring proses verifikasi korban yang masih berlanjut.
Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan Anggoro Eko Cahyo mengatakan, seluruh peserta yang menjadi korban akan mendapatkan hak perlindungan Jaminan Kecelakaan Kerja. Manfaat yang dimaksud adalah perawatan tanpa batas biaya sesuai indikasi medis hingga sembuh maupun santunan sementara tidak mampu bekerja.
“Kami menyadari sebesar apapun manfaat yang kami berikan tidak akan mengembalikan kehadiran orang yang dicintai. Tapi ini merupakan bentuk negara hadir," kata Anggoro dalam keterangan resmi, Kamis (28/12).
Anggoro menyampaikan, manfaat tersebut bertujuan untuk memastikan korban dan keluarga yang ditinggal dapat terus melanjutkan kehidupan layak. Menurutnya, nilai manfaat masih terus dihitung dan dapat bertambah seiring proses verifikasi korban terus berjalan.
Anggoro menjelaskan, ahli waris dari korban meninggal akan mendapatkan santunan kematian akibat kecelakaan kerja sebesar 48 kali upah. Selain itu, BPJS Ketenagakerjaan akan menanggung biaya pemakaman senilai Rp 10 juta, uang santunan senilai Rp 12 juta, dan beasiswa untuk dua anak dengan pagu Rp 174 juta.
Permintaan Audit Ulang Bagi Smelter
Anggota Komisi VII DPR RI Mulyanto mengatakan bahwa saat ini industri smelter wajib diaudit total untuk menjamin keselamatan pekerjanya. Selain itu Presiden dan Pemerintah ke depan harus mengkaji ulang program hilirisasi mineral yang digencarkan Presiden Jokowi.
"Sudah banyak kritik yang diberikan berbagai pihak terhadap program hilirisasi ini namun kurang direspons dengan baik oleh pihak Pemerintah. Yang sering muncul hanyalah pembelaan," kata Mulyanto dalam siaran persnya pada Rabu (27/12).
Mulyanto menyebutkan bahwa kasus ledakan tersebut merupakan kasus terbesar dalam sejarah pengoperasian smelter nasional. “Kalau tidak ada tindakan korektif dari pemerintah kami khawatir, smelter ini akan menjadi mesin pembunuh para pekerja,” jelasnya.