Kisah Boeing 737 MAX: 2 Kali Kecelakaan Fatal, Dilarang Terbang di AS
Administrasi Penerbangan Federal Amerika Serikat (FAA) melarang terbang pesawat Boeing 737 MAX 9 pada Sabtu lalu (6/1). Keputusan ini berdampak terhadap 171 pesawat terbang di seluruh dunia.
Otoritas menempuh langkah tersebut usai insiden pendaratan darurat penerbangan Alaska Airlines pada Jumat lalu. Sebuah jendela pesawat Boeing 737 MAX 9 maskapai ini pecah yang menyebabkan penutup pintu badan pesawat jebol.
Tidak ada korban jiwa atau luka pada peristiwa itu. Seluruh 171 penumpang dan enam awak selamat. Hanya beberapa barang pribadi penumpang beserta jok dan sandaran kepala tersedot keluar pesawat karena jendela yang pecah.
Alaska Airlines lalu menghentikan sementara armada pesawat tipe itu dan mengatakan sedang memeriksa plug door semua jetnya. Plug door mengacu pada bagian badan pesawat yang dapat dipasang pabrikan sebagai pengganti pintu keluar darurat.
Hingga Sabtu malam, maskapai telah membatalkan 160 penerbangan dan berdampak ke sekitar 23 ribu penumpang. Esok harinya, United Airlines membatalkan 180 dari 265 penerbangan terjadwalnya.
United Airlines memiliki 79 pesawat MAX 9 dan semuanya sedang diperiksa untuk mematuhi FAA. "Kami sedang bekerja sama dengan pelanggan untuk mengakomodasi mereka ke penerbangan lainnya," tulis perusahaan dalam keterangannya, dikutip dari CNN, Senin (8/1).
Insiden ini memperpanjang deretan catatan hitam Boeing 737 MAX. Pesawat ini merupakan generasi keempat dari pesawat berbadan sempit Boeing 737. Produsennya adalah Boeing Commercial Airplane, berbasis di AS.
Pesawat itu terbang perdana pada 29 Januari 2016 dan mendapat sertifikasi dari FAA pada Maret tahun berikutnya. Boeing mengirimkan pertama MAX 8 pada Mei 2017 ke Malindo Air, sekarang bernama Batik Air Malaysia.
Spesifikasi Pesawat Boeing 737 MAX 9
Melansir situs resmi Boeing, MAX 9 memiliki jumlah kursi hingga 220 penumpang. Bentang sayapnya 35,9 meter dengan mesin LEAP-1B from CFM International.
Secara umum, 737 MAX menawarkan empat varian dengan jumlah kursi 172 hingga 230 kursi. Jangkauannya 3.100 hingga 3.800 mil laut (nmi).
Untuk MAX 9, kapasitas penumpangnya lebih besar dibandingkan Boeing 737-7 dan 737-8. Ketiganya hadir masing-masing untuk menggantikan 737-700, 737-800, dan 737-900, serta 737 MAX 10 yang lebih luas. Boeing telah menerima lebih dari 4.500 pesanan untuk 737 MAX per November lalu.
737 MAX memiliki tingkat kecelakaan fatal sebesar empat kecelakaan per juta penerbangan. Sedangkan Boeing 737 generasi sebelumnya sekitar 0,2 kecelakaan fatal per juta penerbangan.
Sebagai informasi pesawat Boeing 737 merupakan model pesawat yang paling banyak dipesan oleh maskapai penerbangan dunia. Jumlah pemesanannya mencapai 755 unit pada 2021. Jumlah ini sekitar 83,89% dari total pesanan pabrikan pesawat jet dari Amerika Serikat tersebut.
Dalam satu dekade terakhir, permintaan akan pesawat Boeing seri 737 sempat mencapai titik tertinggi pada 2013, yakni 1.025 unit. Setelah itu tren permintaannya cenderung menurun, hingga mencapai level terendah pada 2019 yang jumlahnya 63 unit.
Permintaan pesawat Boeing seri 737 kemudian mulai meningkat lagi saat pandemi, yakni menjadi 130 unit pada 2020 dan 755 unit pada 2021. Total pesanannya pada 2021 bahkan sudah berada di atas level pra-pandemi.
Kecelakaan Fatal Pesawat Boeing 737 MAX
Ada dua kecelakaan fatal yang pernah terjadi dengan pesawat Boeing 737 MAX. Kedua peristiwa tersebut berdekatan dan menyebabkan tipe ini tidak boleh terbang atau grounded secara global pada Maret 2019 hingga November 2020.
Selain itu, Boeing juga menghentikan sementara produksi 737 MAX. Berikut peristiwanya:
1. Lion Air Penerbangan 610
Pada 29 Oktober 2018, pesawat Lion Air 610 jatuh di Laut Jawa. Pesawat tipe Boeing 737 MAX 8 tersebut baru 13 menit lepas landar dari Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta menuju Bandara Depati Amir, Pangkal Pinang.
Seluruh penumpang dan kru yang berjumlah 189 orang tewas. Ini adalah penerbangan fatal pertama 737 MAX. Pesawat ini baru dikirim Boeing ke Lion Air dua bulan sebelumnya.
Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) menyimpulkan kecelakaan terjadi karena sensor tidak berfungsi. Pilot tidak dapat mengendalikan pesawat sebab tidak tercatat pada buku catatan penerbangan dan perawatan.
2. Ethiopian Airline Penerbangan 302
Peristiwa ini terjadi pada 10 Maret 2019 pada Ethiopian Arilines 302. Pesawat 737 MAX 8 ini jatuh sekitar enam menit setelah lepas landas dari Addis Ababa, Ethiopia menuju ke Nairobi, Kenya.
Sebanyak 149 penumpang dan delapan kru maskapai tewas. Umur pesawat ketika itu baru empat bulan.
Jatuhnya pesawat ini juga sama dengan Lion Air 610 karena awak pesawat tidak mampu mengendalikan pesawat meskipun sudah melakukan prosedur yang sama berulang kali.