KCI Beri Sinyal Tarif KRL Jabodebek akan Naik
Direktur Utama PT Kereta Commuter Indonesia Asdo Artrivianto memberikan sinyal kenaikan tarif kereta commuter line, termasuk KRL Jabodebek pada tahun ini. Namun. Asdo tidak menjelaskan lebih lanjut jadwal penyesuaian tarif tersebut
Ia mencatat, tarif kereta commuter terakhir kali disesuaikan pada 2016. Adapun penyesuaian tarif commuter, menurut dia, merupakan kewenangan Kementerian Perhubungan selaku regulator.
"Apakah tarif kereta commuter akan ada kenaikan? Ada, tapi tunggu tanggal mainnya," kata Asdo saat ditanya soal kemungkinan kenaikan tarif KRL pada tahun ini dalam konferensi pers di kantornya, Kamis (11/1).
Asdo menjelaskan, KCI bergantung pada kewajiban pelayanan publik atau PSO yang ditanggung pemerintah untuk memenuhi biaya operasional kereta commuter plus 10% margin.
"Kami tidak khawatir dengan inflasi tahun lalu, toh biaya operasional ditanggung pemerintah," katanya.
BPS mencatat inflasi secara keseluruhan sepanjang tahun lalu mencapai 2,61%. Sektor transportasi mencatatkan inflasi sebesar 1,27% dengan sumbangan sebesar 0,17% terhadap total inflasi tahun lalu.
Kementerian Perhubungan sebelumnya menggelar survey ATP-WTP pada 2021 dan dipublikasikan pada awal 2022. Jumlah responden survei tersebut sebanyak 6.841 orang dari lima stasiun, yakni Bogor, Tangerang, Bekasi, dan Serpong.
Studi itu menemukan rata-rata kemampuan bayar atau ATP konsumen commuter line mencapai Rp 8.486 per orang, sedangkan kemauan membayar atau WTP senilai Rp 4.625 per orang.
Berdasarkan data KCI, nilai PSO yang diberikan pemerintah mencapai Rp 1,99 triliun pada 2021 atau naik 28,3% dari realisasi 2020 senilai Rp 1,55 triliun. Capaian itu juga naik 57,81% jika dibandingkan dengan PSO pada 2017 senilai Rp 1,26 triliun.
KCI membutuhkan dana hingga Rp 14.981 per orang untuk dapat mengoperasikan KRL. PSO yang diberikan per penumpang adalah Rp 11.981 per orang dengan perhitungan tarif pada akhir 2022.