Gibran Sebut Indonesia Swasembada Beras pada 2019-2022, Apakah Benar?
Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka menyebut Indonesia sebenarnya sudah swasembada beras pada 2019-2022. Namun, menurut dia, Indonesia kembali mengimpor beras pada 2023 karena terjadi fenomena El Nino.
Pernyataan tersebut disampaikan Gibran saat menjawab pertanyaan Cawapres nomor urut 3 Mahfud MD dalam debat cawapres pada Minggu (21/1). Mahfud mempertanyakan impor beras yang masih kerap dilakukan meski Jokowi berjanji untuk tidak mengimpor komoditas pangan saat debat capres pada 2019.
"2019-2022 kita sudah swasembada beras, 2023 ada impor karena El Nino terjadi di sebagian besar belahan dunia," ujar Gibran dalam debat cawapres.
Menurut Gibran, kunci dalam menangani masalah impor pangan adalah kerja sama untuk melakukan ekstensifikasi dan intensifikasi lahan di tingkat desa sampai nasional secara efektif. Pembangunan pabrik pupuk seperti yang dilakukan Jokowi di Fakfak Papua, menurut dia, juga merupakan solusi atas masalah pangan.
Namun, apakah benar Indonesia swasembada pangan pada 2019-2022?
Pengamat pertanian dari Institut Pertanian Bogor Dwi Andreas Santosa menyebut, Indonesia saat ini memang sudah mencapai swasembada beras meski masih mengimpor. Andreas menjelaskan, status swasembada merupakan kondisi di mana 90% kebutuhan sebuah pangan dapat dipenuhi dari dalam negeri.
Ia mendata volume impor beras selama 10 tahun terakhir belum pernah menembus 3 juta ton atau 10% dari rata-rata produksi beras nasional. Khudori mencatat impor beras dalam volume besar hanya terjadi pada tahun ini dan pada 2018 yang juga mencapai 2,3 juta ton.
Selain itu, Khudori menemukan volume impor beras sebagian besar di bawah 1 juta ton. Berikut data impor beras yang dihimpun databoks:
Di sisi lain, Menteri Pertanian Amran Sulaiman sebelumnya mendefinisikan kondisi swasembada sebagai menghilangkan kegiatan importasi beras. Ia pun menyebut, Indonesia dapat mengantongi status swasembada beras, semudah membalik telapak tangan.