Ribut Gibran, Tom Lembong, Luhut soal Nikel, Berapa Investasinya?

Andi M. Arief
25 Januari 2024, 13:57
Haul dump trucks mengangkut material pada proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Katadata/ Wahyu DJ
Haul dump trucks mengangkut material pada proses penambangan Nikel PT Vale Indonesia Tbk. (INCO) di Blok Sorowako, Kabupaten Luwu Timur, Sulawesi Selatan.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Calon wakil presiden nomor urut 2 Gibran Rakabuming Raka sempat menunding paslon nomor urut 1 Anies Baswedan-Muhaimin anti nikel. Timsesnya, Tom Lembong mengkritik kebijakan hilirisasi nikel yang menyebabkan pasokan berlebih di tengah banyak produsen mobil yang mulai beralih ke bahan baku lain baterai listrik, Lithium Ferro Phosphate atau LFP. Bagaimaa sebenarnya kinerja investasi nikel tahun lalu?

Kementerian Investasi mencatat realisasi penanaman modal di program hilirisasi mencapai Rp 375,4 triliun atau lebih dari seperempat total realisasi investasi tahun lalu. Realisasi paling tinggi dicatatkan untuk pembangunan smelter sebesar Rp 216,8 triliun, terutama nikel sebesar Rp 136,6 triliun. 

Berdasarkan catatan Kementerian Investasi, realisasi pembangunan smelter komoditas lainnya, seperti tembaga mencapai Rp 70,5 triliun, bauksit sekitar Rp 9,7 triliun. Sementara itu, investasi terkecil dalam program hilirisasi ada dalam pembangunan pabrik baterai kendaraan listrik atau hanya Rp 9,7  triliun.

Pemerintah berambisi terdapat 53 smelter pada 2024. Hingga akhir tahun lalu, baru terbangun sebanyak 37 smelter, dengan tambahan 5 smelter yang dibangun tahun lalu. Berikut datanya:

Co-Captain TKN Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar, Tom Lembong sempat melontarkan kritik terkait kebijakan hilirisasi pemerintah yang menyebabkan harga nikel anjlok. Menurut Tom, harga komoditas tambang itu telah anjlok lebih 30% dalam 12 bulan terakhir.

Hal tersebut dipicu oleh kelebihan pasokan, Kondisi ini diperburuk dengan banyak produsen baterai yang mulai tak menggunakan nikel, yang disebut lithium-besi-fosfat atau LFP. Tesla adalah salah satunya yang berencana meninggalkan nikel.

“Dengan begitu gencarnya bangun smelter (pabrik pengolahan dan pemurnian), kita membanjiri dunia dengan nikel,” kata Tom dikutip dari cuplikan video di kanal YouTube Total Politik.

Mantan menteri perdagangan era Jokowi ini pada Jumat (19/1) kembali mengkritik peta jalan kebijakan hilirisasi pemerintah. “Saya prihatin bahwa intervensi yang berlebihan di sektor smelter menciptakan over capacity dan over supply, yang ujungnya merugikan semua,” ujarnya.

Luhut membantah tuduhan Tim Lembong terkait kebijakan hilirisasi sebagai salah satu penyebab anjloknya harga nikel.  Meski harga nikel turun, menurut dia, harga nikel pada 2014 atau sebelum Jokowi menjabat mencapai US$ 15 ribu saat masih lebih rendah dibandingkan saat ini. "ahkan pada periode 2014-2019, ketika awal-awal periode hilirisasi mulai kita lakukan, harga rata-rata nikel dunia hanya sebesar US$12 ribuan," ujar Luhut.

"Jadi saya kira tim pasangan calon perlu melihat history data yang lebih panjang dalam membaca siklus harga komoditas," ujar Luhut. 

Ia juga memberkan data ekspor produk turunan nikel.  Ekspor nikel pada Januari - November 2023 adalah sebesar US$31.30 miliar, naik 0.6% dibandingkan ekspor periode yang sama pada tahun 2022 yaitu US$31.13 miliar.

"Meskipun produksi kita meningkat cukup signifikan, bukan berarti pendapatan kita menurun," ujar dia. 

Terakhir, Luhut membantah pernyataan Tom Lembong yang menyebutkan bahhwa pabrik Tesla di Shanghai menggunakan LFP untuk mobil listriknya, tak lagi menggunakan nikel. Menurut Luhut, mMereka masih menggunakan baterai berbahan dasar nikel, yang disuplai oleh LG.

"Selain itu, publik perlu tahu bahwa lithium baterai berbasis nikel itu bisa didaur ulang, sedangkan baterai LFP sejauh ini masih belum bisa didaur ulang," kata dia.

Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...