ESDM Bantah Berlebihnya Pasokan RI Penyebab Harga Nikel Dunia Anjlok
Kementerian ESDM membantah tudingan Macquarie, bank investasi yang berbasis di Australia, yang menyebut bahwa jatuhnya harga nikel lantaran produksi berlebih produk turunan nikel dari Indonesia membanjiri pasar global.
“Menurut saya yang diproduksi di Australia itu adalah produk turunan nikel kelas 1 yang kebanyakan nikel matte, sedangkan produksi nikel matte Indonesia itu hanya 70. 000 ton per tahun,” kata Staf Khusus Menteri ESDM Bidang Percepatan Tata Kelola Mineral dan Batubara Irwandy Arif dalam CNBC Mining Outlook 2024, Jumat (2/2).
Menurut analisis Macquarie, berlebihnya pasokan dari Indonesia memaksa produsen di negara lain menutup tambang-tambang yang tidak menguntungkan. Bahkan Washington dan Paris disebut panik lantaran pergolakan ini akan memberikan kontrol yang lebih besar kepada Cina atas sumber daya strategis tersebut.
Macquarie menilai produksi nikel Indonesia meningkatkan hingga 30% tahun lalu menjadi 1,9 juta ton. Sementara permintaan global nyaris tidak tumbuh.
Dorongan agresif Indonesia telah membantu meningkatkan pangsa pasarnya menjadi 55% pada 2023, naik cukup pesat dari yang awalnya hanya 16% pada tahun sebelumnya. Namun, peningkatan produksi juga berkontribusi pada penurunan harga nikel global sebesar 43% pada tahun lalu.
Para pedagang dan analis khawatir bahwa dominasi Indonesia atas pasokan global hanya akan tumbuh karena rendahnya harga logam memaksa produsen di tempat lain untuk menutup tambang-tambang yang tidak layak dan mengerem pengembangan baru.
"Jika kita melihat banyak proyek non-Indonesia yang berhenti, maka pangsa Indonesia akan semakin meningkat," kata seorang analis pasar nikel kawakan di Macquarie Jim Lennon, dikutip dari FT pada Kamis (1/2).
Menurutnya, saat ini tidak ada alternatif lain karena tidak ada sumber besar yang sedang dikembangkan atau disetujui di tempat lain. Para produsen nikel di Australia barat yang merupakan salah satu daerah penghasil nikel terbesar di dunia, mengalami kesulitan pada Januari lalu.
Miliarder Andrew Forrest mengatakan bahwa grupnya, Wyloo Metals, akan menutup tambang nikelnya di sana dan BHP memperingatkan bahwa mereka sedang "mengevaluasi opsi-opsi" di sekitar Nickel West.
Penambang Australia, IGO, mengatakan bahwa mereka mungkin akan menghapus nilai tambang nikel Cosmos yang baru diakuisisinya 18 bulan yang lalu dan First Quantum akan menghentikan penambangan di lokasi Ravensthorpe selama dua tahun.
Potensi penutupan tambang-tambang yang tidak menguntungkan telah memicu peringatan di ibukota-ibukota negara bagian barat akan konsentrasi pasokan yang berlebihan di Indonesia.