Strategi Mentan Genjot Produksi Beras Tanpa Anggaran Tambahan
Menteri Pertanian Amran Sulaiman menyiapkan rencana peningkatan produksi terbaru. Rencana tersebut diperlukan karena pengajuan anggaran belanja tambahan akhir 2023 senilai Rp 5,8 triliun gagal direalisasikan.
Anggaran belanja tambahan tersebut sebelumnya direncanakan untuk pengadaan bibit, benih, alat dan mesin pertanian atau alsintan, dan pupuk. Namun Amran mengaku gagal merealisasikan anggaran tersebut lantaran waktu pengajuannya baru dilakukan pada November 2023. Sesuai ketentuan, anggaran yang gagal direalisasi pada tahun 2023 tak bisa serta merta dialokasikan di tahun ini.
Untuk memenuhi kebutuhan dana yang seharusnya berasal dari tambahan tersebut, Amran berencana melakukan refocusing anggaran 2024 senilai Rp 7,1 triliun. Anggaran tersebut akan digunakan untuk membeli benih lantaran curah hujan mulai meningkat beberapa hari terakhir di daerah produsen beras.
"Anggaran Belanja Tambahan yang 2023 akhir tidak turun. Alhasil, kami refocusing anggaran 2024, kami ada tiga langkah," kata Amran di Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Senin (19/2).
Pertama, menurut dia, membenahi pasokan pupuk bersubsidi di dalam negeri. Amran mencatat, kebutuhan rata-rata pupuk bersubsidi adalah 9,55 juta ton per tahun. Namun, ia mengaku hanya memiliki anggaran untuk menyediakan 4,7 juta ton pupuk bersubsidi tahun ini.
Meski demikian, Amran mengaku permasalahan tersebut telah rampung setelah Presiden Joko Widodo menambah pupuk bersubsidi sekitar 2,5 juta ton senilai Rp 14 triliun. Menurutnya, ada lima kelompok petani yang akan mendapatkan tambahan pupuk bersubsidi tahun ini, yakni petani di hutan desa, petani yang tidak memiliki kartu tani, petani dengan Indeks Pertanaman lebih dari satu, petani di pegunungan, dan petani yang tidak memiliki lahan.
Kedua, pompanisasi di Jawa Timur, Jawa Tengah, dan Jawa Barat. Pompanisasi adalah sistem irigasi yang memanfaatkan air bawah tanah untuk mengairi lahan pertanian dengan pompa air. Namun, Amran menjelaskan pompanisasi yang dimaksud adalah mengairi lahan sawah di tiga provinsi tersebut dari air atas tanah, khususnya air sungai.
"Seperti air dari Sungai Bengawan Solo akan kami pompa airnya untuk naik ke atas wawah," ujarnya
Ketiga, ekstensifikasi lahan sawah ke lahan rawa. Amran berencana memanfaatkan lahan rawa di tiga provinsi, yakni Sumatra Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.
Amran sebelumnya berencana mengoptimalkan lahan rawa seluas 200 hektare di Kalimantan Selatan untuk bisa menopang produksi pangan nasional, khususnya beras. Optimalisasi lahan tersebut berpotensi menghasilkan satu juta ton beras.
Ia mengatakan, optimasi lahan rawa akan dilakukan melalui rehabilitasi dan dijadikan lahan sawah. Ia pun akan menaikkan indeks pertanaman lahan sawah rawa dari saat ini satu kali dalam setahun menjadi dua kali. Langkah yang akan dilakukan adalah dengan membangun tanggul sepanjang sungai, agar tersedia air dan tidak terjadi banjir.
"Benih padi yang digunakan pada lahan rawa ini yakni bibit unggul, sesuai keinginan petani, bukan pemerintah pusat. Karena petani yang tanam, banyak petani yang tidak mau tanam benih bantuan karena produksinya rendah. Sekarang, benih yang diminta petani di seluruh Indonesia, itu yang kami siapkan," kata Amran.