Petani Ungkap Akar Masalah Lonjakan Harga Beras: Penggilingan Padi

Andi M. Arief
4 Maret 2024, 17:14
harga beras, harga beras, beras
ANTARA FOTO/Basri Marzuki
Ilustrasi.Badan Pangan Nasional mendata, rata-rata nasional harga beras di tingkat konsumen konsisten tumbuh sepanjang Februari 2024.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Persatuan Pengusaha Penggilingan Padi dan Beras atau Perpadi menyebut salah satu penyebab harga beras terus naik adalah maraknya usaha penggilingan padi di dalam negeri. Banyaknya usaha penggilingan padi membuat usaha penggilingan padi berlomba-lomba membeli gabah di tingkat petani sehingga menyebabkan kenaikan harga.

Sebagai gambaran, harga beras di konsumen pada umumnya dua kali dari harga gabah di tingkat petani. Ini karena rata-rata rendemen penggilingan padi nasional adalah 50%. Kenaikann harga gabah di petani pun membuat harga beras di tingkat konsumen ikut naik.

"Kami laporkan jumlah penggilingan padi di dalam negeri mencapai 170.000 unit usaha. Memang dirasakan pasokan gabah ke penggilingan padi berkurang sejak Agustus 2023 dan memuncak pada Januari-Februari 2024," kata Ketua Umum Perpadi Sutarto Alimoeso dalam Rapat Koordinasi Pengamanan Pasokan dan Harga Pangan, Senin (4/3).

Sutarto menyampaikan, kapasitas penggilingan padi di dalam negeri hampir empat kali lipat lebih besar dari kapasitas produksi gabah nasional. Minimnya pasokan gabah memicu setiap penggilingan memberikan penawaran lebih tinggi untuk mendapatkan gabah.

Badan Pangan Nasional mendata, rata-rata nasional harga beras di tingkat konsumen konsisten tumbuh sepanjang Februari 2024. Rata-rata nasional harga beras premium memuncak hingga Rp 16.430 per kg pada akhir Februari 2024, sementara harga beras mencapai Rp 14.330 per kg.

Badan Pusat Statistik menyatakan rata-rata harga beras pada bulan lalu bahkan mencatatkan rekor tertinggi sepanjang sejarah. Rata-rata harga beras di tingkat eceran pada Februari 2024 mencapai Rp 15.157 per kg, naik 5,28% secara bulanan atau melonjak 19,28% secara tahunan.

Sementara itu, rata-rata harga gabah di tingkat petani naik lebih tinggi secara tahunan dibandingkan harga beras.

Harga gabah kering panen atau GKP naik 4,86% secara bulanan atau 27,14% secara tahunan menjadi Rp 8.591 per kg, Di sisi lain, harga gabah kering giling naik 6,13% secara bulanan atar 33,48% secara tahunan menjadi Rp 7.261 per kg.

Sutarto berharap agar pemerintah berhati-hati dalam membangun pabrik beras baru. Sutarto menyarankan pemerintah untuk mempermudah penggilingan padi kecil untuk mendapatkan kredit murah dengan pagu hingga Rp 2,5 miliar.

Ia enilai langkah tersebut penting lantaran 95% dari total penggilingan padi nasional adalah penggilingan padi berskala kecil. Untuk diketahui, rendemen penggilingan padi kecil tidak optimum dengan tingkat beras pecah yang tinggi atau hingga 20%.

"Kredit murah akan membuat terjadinya efisiensi penggilingan padi kecil, mengurangi kerugian produksi, dan meningkatkan rendemen, termasuk memasok informasi stok yang ada di lapangan," katanya

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi sebelumna mengatakan harga beras akan berangsur turun ke level harga eceran tertinggi pada Maret 2024. Penurunan harga beras, terutama didorong oleh panen yang terjadi di sejumlah daerah bukan semata impor beras yang masuk.

Ia memperkirakan, harga gabah di tingkat petani akan turun hingga menjadi Rp 6.500 per kilogram. Bapanas mendata, rata-rata nasional harga Gabah Kering Panen atau GKP tingkat petani senilai Rp 7.130 per kg hari ini, Rabu (28/2).

Arief menekankan penurunan harga GKP tingkat petani tersebut tidak membuat petani merugi. Ini karena harga tersebut masih lebih tinggi dari Harga Pokok Produksi atau HPP beras.

"Minggu-minggu ini panen lokal sudah dimulai, sehingga harga gabah akan berangsur turun dari sebelumnya bulan lalu di rentang Rp 8.600 sampai Rp 8.700 per kg," kata Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi di Pasar Induk Beras Cipinang, Rabu (28/2).

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...