Kemendag Beberkan Alasan Produk Indonesia Kalah Saing dari Vietnam
Kementerian Perdagangan menyebut produk Indonesia kalah bersaing dengan produk Vietnam saat ini di pasar internasional. Ini antara lain karena Vietnam telah memiliki perjanjian perdagangan bebas dengan Uni Eropa.
Atase Perdagangan Hanoi Kemendag Addy Perdana Soemantry mendata pintu masuk produk-produk Vietnam sama dengan Indonesia, yakni Belanda, Jerman, Italia, dan Belgia. Belanda merupakan pasar utama Vietnam di Uni Eropa dengan pangsa mencapai 22,3%.
"Jadi, sama dengan Indonesia, Vietnam juga menggunakan Belanda dan Jerman sebagai hub untuk masuk ke Uni Eropa. Ini jadi tantangan kami, sebab barang-barang vietnam memiliki tarif yang lebih rendah," kata Addy dalam Gambir Trade Talk #13, Rabu (6/3).
Addy menjelaskan, perjanjian dagang antara Vietnam dan Uni Eropa berbentuk area perdagangan bebas atau FTA. Perjanjian tersebut membuat beberapa komoditas ekspor asal Vietnam bebas dari bea masuk ke Uni Eropa, seperti tekstil, alas kaki, makanan laut, beras, madu, buah-buahan, sayuran, tas, koper, produk plastik, dan keramik.
Di sisi lain, Vietnam membuat bea masuk produk-produk dari Uni Eropa menjadi 0%, seperti mobil dan sepeda motof. Vietnam meniadakan pajak impor untuk anggur beralkohol, minuman beralkohol, bir, babi, dan ayam.
Addy menjelaskan, perjanjian dagang tersebut memberi kesempatan Uni Eropa untuk bergabung dalam pangsa pasar otomotif di Vietnam. Walau demikian, industri otomotif asal Eropa belum dapat menguasai pangsa pasar otomotif Vietnam sejak perjanjian tersebut berlaku pada 2020.
"Di Vietnam, pangsa pasar otomotif masih dikuasai tiga negara. Pertama Thailand, kedua Indonesia, dan ketiga Cina," ujarnya.
Sementara itu, Vietnam berkesempatan untuk mengikuti standar produksi yang ada di Uni Eropa. Addy menilai Vietnam memandang produk yang memiliki standar Uni Eropa dapat masuk di semua pasar.
Keuntungan Indonesia-Uni Eropa CEPA
Perundingan Indonesia-Uni Eropa CEPA telah terjadi 17 kali sejauh ini. Adapun, perundingan ke-18 akan dilakukan pada Mei 2024. Kemendag menargetkan perjanjian tersebut rampung pada tahun ini.
Addy menilai, perjanjian dagang dengan antara Uni Eropa dan Indonesia akan lebih bagus dibandingkan dengan yang dimiliki Vietnam. Sebab, pemerintah akan mempelajari kekurangan perjanjian dagang antara Uni Eropa dan Vietnam.
"Perjanjian dagang antara Vietnam dan Indonesia sudah ada hasilnya. Mungkin kalau perjanjian dagang antara Indonesia dan Uni Eropa akan lebih bagus," ujarnya.