Harga Minyak Menguat Imbas Rencana Amerika Sanksi Venezuela

Mela Syaharani
18 April 2024, 10:23
Operator mengatur aliran gas dari sumur menuju fasilitas produksi di Stasiun Pengumpul Subang, PT Pertamina EP Subang Field, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis (2/11/2023). PT Pertamina EP Subang Field mencatat, pencapaian produksi gas hingga September 2
ANTARA FOTO/Raisan Al Farisi/foc.
Operator mengatur aliran gas dari sumur menuju fasilitas produksi di Stasiun Pengumpul Subang, PT Pertamina EP Subang Field, Kabupaten Subang, Jawa Barat, Kamis (2/11/2023). PT Pertamina EP Subang Field mencatat, pencapaian produksi gas hingga September 2023 mencapai 154,37 juta kaki kubik gas per hari serta minyak sebesar 3.557 barrel minyak per hari yang dijual ke konsumen gas area Jawa Barat dan kilang minyak Balongan, Kabupaten Indramayu.
Button AI SummarizeBuat ringkasan dengan AI

Harga minyak naik tipis pada awal perdagangan Kamis (18/4) setelah Amerika Serikat (AS) menyebut akan menerapkan kembali sanksi minyak Venezuela. Langkah tersebut akan diambil Amerika setelah perbincangan Uni Eropa mengenai pembatasan baru terhadap Iran.

Harga minyak mentah Brent naik 10 sen, atau 0,11%, menjadi US$ 87,39 per barel, sedangkan minyak mentah WTI AS diperdagangkan 2 sen lebih tinggi pada US$ 82,71 per barel pada 00.53 GMT. Kedua minyak acuan tersebut sempat anjlok 3% pada sesi sebelumnya karena kekhawatiran permintaan.

Reuters mencatat bahwa AS mengatakan tidak akan memperbarui lisensi yang secara luas telah meringankan sanksi minyak Venezuela dan masa berlakunya akan berakhir pada Kamis (18/4). 

AS akan memberlakukan kembali langkah-langkah hukuman sebagai tanggapan atas kegagalan Presiden Nicolas Maduro untuk memenuhi komitmen dalam pemilihannya.

"Risiko-risiko yang sedang berlangsung terhadap pasokan seharusnya membantu mendukung pasar komoditas, meskipun ketegangan di Timur Tengah mereda," kata ANZ Research dalam sebuah catatan yang dikutip dari Reuters pada Kamis (18/4)

Venezuela mengekspor 600.000 barel per hari (bph) pada kuartal pertama. Dari jumlah tersebut 165.000 bph ditujukan ke Amerika Serikat. ANZ Research mengatakan, volume yang tergolong moderat ini  dampaknya cenderung kecil.

Di sisi lain, para pemimpin Uni Eropa pada Rabu (17/4) memutuskan untuk meningkatkan sanksi terhadap Iran untuk mencegah meluasnya konflik tersebut. Keputusan ini diambil di tengah ketidakpastian akankah ada balasan serangan lagi dari Israel ke Iran setelah serangan rudal dan pesawat tak berawak Teheran terhadap Israel. 

Sementara itu, Dewan Perwakilan Rakyat AS akan melakukan pemungutan suara mengenai paket bantuan yang telah lama diharapkan untuk Ukraina, Israel dan Indo-Pasifik pada Sabtu (20/4) untuk menyediakan lebih dari US$ 95 miliar dalam bentuk bantuan keamanan, termasuk US$ 61 miliar untuk mengatasi konflik di Ukraina.

Menutup pasar minyak, sebuah survei The Federal Reserve menunjukkan pada Rabu (17/4) bahwa aktivitas ekonomi AS sedikit meningkat dari akhir Februari sampai awal April dan perusahaan-perusahaan mengisyaratkan bahwa mereka memperkirakan tekanan inflasi akan tetap stabil. 

Hal ini melanjutkan tren-tren baru-baru ini yang membuat bank sentral tidak dapat memangkas suku bunga. Menurut estimasi JP Morgan, konsumsi minyak dunia sejauh ini pada April mencapai rata-rata 101 juta bph, atau 200.000 bph di bawah perkiraan mereka.

Reporter: Mela Syaharani
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...