Erick akan Tawarkan Aset-aset BUMN di Sekitar Monas ke Investor Asing
Kementerian BUMN berencana menawarkan aset-aset gedung milik BUMN di sekitar Monas, Jakarta kepada investor asing. Hal ini seiring dengan rencana pemerintah untuk pindah ibu kota ke IKN Nusantara mulai tahun ini.
Erick menyebut, BUMN memiliki 13 aset di sekitar Monas termasuk gedung milik PT Pertamina (Persero). Penciptaan nilai untuk aset-aset itu, menurut dia, penting dilakukan terutama saat pemerintahan resmi pindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN).
"Nanti, kalau pemerintah ini pindah, gedung-gedung ini akan terabaikan. Nah itu kan sayang kalau tidak di value creation, makanya kemarin kita roadshow dengan para potensi pemain properti yang mau melihat ini sebagai opportunity," ujar Erick di Jakarta, Sabtu (20/4), seperti dikutip dari Antara.
Penciptaan nilai tambah, menurut dia, dilakukan sebelumnya BUMN di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Kesehatan di Sanur, Denpasar, Bali. Kawasan ekosistem pariwisata terintegrasi mulai dibangun pada Desember 2021.
Total investasi awal pembangunan KEK kesehatan dan pariwisata di Sanur itu mencapai Rp10,3 triliun pada lahan seluas 41,26 hektare. KEK kesehatan Sanur juga membuka lapangan pekerjaan baru yang ditargetkan mampu menarik 43 ribu tenaga kerja.
Erick menyampaikan, hal yang sama juga perlu dilakukan dengan aset BUMN lainnya. Ia berharap, aset-aset yang berada di sekitar Monas dapat berkembang melalui pengelolaan Dana Reksa Property Fund.
"Kita tentu harus mendorong value creation baru, di mana aset-aset BUMN yang belum maksimal itu kita upgrading atau beri kesempatan, seperti yang sudah kita lakukan di Sanur," katanya.
Erick bersama dengan Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo pun sedang gencar berkeliling beberapa negara untuk mencari investor potensial. Ia dijadwalkan melakukan kunjungan ke Qatar untuk penjajakan bisnis, sedangkan Kartika tengah bertugas di Eropa untuk melakukan hal yang sama.
Dalam penjajakan bisnis yang sudah dilakukan di Hong Kong, Erick menyebut sudah mendapat respons dari investor di sana. Namun, ia belum bisa memberikan informasi lebih lanjut lantaran belum ada kontrak resminya.
"Kita kan korporasi ya, jadi kita harus ketemu investor, ketemu potensial partner gitu yang untuk kita jajaki, siapa tahu ada kesempatan kita meningkatkan value creation," kata Erick.