Asta Agro Tak akan Jorjoran Ekspor CPO Meski Rupiah Melemah
PT Astra Agro Lestari Tbk belum berencana untuk memperbesar porsi ekspor meski nilai tukar rupiah yang melemah menguntungkan produk ekspor. Penjualan global emiten berkode saham AALI ini pada tahun lalu hanya mencapai 30% dari total ekspor.
Presiden Direktur AALI Santosa mengatakan, pihaknya kemungkinan masih akan mengandalkan penjualan domestik pada tahun ini seperti tahun lalu. Perusahaan belum dapat membaca dampak pelemahan rupiah terhadap kinerja ekspor dan hanya akan memperbesar porsi ekspor jika harga global lebih bagus dibandingkan domestik.
Perbandingan harga CPO dengan harga minyak nabati lainnya, menurut dia, juga akan mempengaruhi kinerja ekspor perusahaan.
"Harga minyak kedelai sepanjang kuartal pertama 2024 masih lebih tinggi dari CPO, tapi sepertinya dapat berbeda saat masa panen besar-besaran pada kuartal ketiga 2024," kata Santosa dalam Public Expose 2024 di Menara Astra, Selasa (23/4).
Berdasarkan catatan Katadata.co.id, selisih antara harga minyak kedelai dan CPO menipis pada sepanjang kuartal pertama tahun ini. Santosa menduga hal tersebut yang membuat -negara-negara tujuan ekspor menahan pembelian walau perekonomiannya membaik.
Berdasarkan YCharts dan Business Insider, selisih minyak kedelai dan CPO pada Maret 2023 mencapai US$ 184 per ton. Angka tersebut susut menjadi hanya US$ 3 per ton pada Maret 2024. Secara rinci, minyak kedelai dilego senilai US$ 964,95 per ton, sedangkan CPO seharga US$ 961,35 per ton.
Santosa menduga penurunan harga minyak kedelai disebabkan oleh kelebihan pasokan kedelai dari Argentina akibat Dolarisasi Argentina. Menurutnya, dolarisasi Argentina membuat pasokan minyak kedelai di pasar global melonjak saat ini.
Santosa menekankan, daya saing harga menjadi hal terpenting bagi penjualan CPO di pasar globa. Ini karena negara tujuan utama penjualan CPO adalah negara berkembang yang masih menjadikan harga sebagai pertimbangan utama.
Beberapa negara tujuan ekspor CPO Indonesia adalah Cina dan India. Adapun, perekonomian Cina pada kuartal pertama 2024 tumbuh lebih cepat dari perkiraan sebesar 4,6% menjadi 5,3%.
Santosa menyampaikan pembelian CPO oleh Cina pada tiga bulan pertama 2024 hanya kembali pada posisi normal. "Stok CPO Cina di bawah posisi normal karena biasanya pembelian oleh Cina biasanya berlebih, biasanya mereka akan borong," katanya.
Di samping itu, Santosa mengatakan Lebaran 2024 tidak memicu lonjakan permintaan CPO global oleh negara-negara muslim. Oleh karena itu, Santosa tidak mengubah strategi oportunis AALI lantaran harga minyak kedelai diproyeksi lebih rendah dari CPO tahun ini.
Di sisi lain, menurut dia, konflik Iran-Israel dapat menaikkan harga jual CPO secara keseluruhan. Ia mencatat ada tiga komponen penting dalam produksi CPO, yakni tenaga kerja, pupuk, dan bahan bakar. Konflik di Timur Tengah berpotensi menaikkan harga bahan bakar di dalam negeri.
"Namun kami baru bisa lihat hasil konflik di Timur Tengah pada kuartal ketiga 2024. Jadi, ketidakpastian pada tahun ini masih tinggi," ujarnya.