Sejarah Sepatu Bata, Merek asal Cekoslowakia, Hampir Seabad di RI
Produsen alas kaki PT Sepatu Bata Tbk menutup operasional pabriknya di Purwakarta, Jawa Barat, per 30 April 2024. Penutupan ini dilakukan karena perusahaan mengalami kerugian produksi.
Berbagai upaya telah BATA lakukan untuk mempertahankan produksi pabrik yang telah beroperasi selama nyari 30 tahun tersebut. Namun, dalam empat tahun terakhir kerugiaan terus terjadi.
"Tantangan industri akibat pandemi, ditambah perubahan perilaku konsumen yang sangat cepat, tidak dapat membendung kerugian," tulis Corporate Secretary Sepatu Bata Hatta Tutuko dalam keterbukaan informasinya kepada Bursa Efek Indonesia, Sabtu (4/5).
Profil Sepatu Bata
Melansir dari situs The Bata Company, perusahaan berdiri pada 21 September 1894 oleh tiga bersaudara Tomas, Anna, dan Antonin Bata. Mereka adalah generasi kedelapan pembuat sepatu dari Keluarga Bata yang hidup di kota Zlin, Cekoslowakia.
Perusahaan Sepatu Bata mulai melakukan modernisasi pada 1897. Ketika itu, produksinya mulai memakai mesin uap. Bata menjadi salah satu produsen sepatu massal pertama di Eropa.
Dua tahun kemudian Toko Sepatu Batu dibuka di Zlin. Pada 1905, Bata dapat memproduksi 2.200 pasang sepatu per hari dan menjadikannya perusahaan sepatu terbesar di Benua Biru.
Produksi yang besar membuat karyawannya mencapai 600 orang pada 1912. Inovasi terus berlanjut hingga membuat sepatu wanita siap pakai yang mulai diproduksi pada 1919.
Masa kejayaan Bata terjadi pada 1936. Model sepatu Bata Tennis menjadi sangat populer. Perusahaan ketika itu menciptakannya untuk anak-anak sekolah di India. Sepatu kets bergaris-garis dengan pelindung ujung kaki karet tersebut menjadi salah satu yang terlaris sepanjang masa dan masih dijual di seluruh dunia.
Dari kesuksesan tersebut, perusahaan lalu memproduksi lebih dari 160 ribu pasang setiap hari. Toko-tokonya kemudian hadir di 30 negara, termasuk Indonesia.
Kepopulerannya sempat mencapai Amerika Serikat. Di era 1970 hingga 1980an, sepatu Bata dipakai oleh banyak atlet terkenal, termasuk Magic Johnson. Bata juga menjadi sponsor Piala Dunia 1986 di Meksiko.
Sejarah Sepatu Bata di Indonesia
Bata muncul pertama kali di Indonesia pada 1931. Perusahaan ketika itu bekerja sama dengan Netherlandsch-Indisch (NV) importir sepatu di Tanjung Priok, Jakarta. Pabrik pertamanya berlokasi di Kalibata, Jakarta Selatan dan mulai berproduksi pada 1940.
Kepopulerannya kala itu membuat Sepatu Bata mencatatkan sahamnya di Bursa Efek Jakarta pada 1982. Bata lalu membuka pabrik keduanya di Purwakarta, Jawa Barat, pada 1994. Perusahaan melebarkan usahanya dengan meluncurkan berbagai merek sepatu, yaitu Marie Claire, Comfit, Bubblegummers, Power, North Star, Weinbrenner, dan B-First.
Saat masa jayanya, Bata hadir dengan 435 toko di seluruh Indonesia. Namun, saat pandemi kerugian mulai menghantam perusahaan. Pada 2022, rugi bersihnya tercatat Rp 105,91 miliar atau naik 107% dibandingkan tahun sebelumnya.
Kinerjanya semakin terpuruk pada 2023. Kerugiannya pada Januari hingga September 2023 mencapai Rp 80,65 miliar atau naik 46,74% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Bata sempat menjual Graha Bata, kantor pusatnya di Jakarta Selatan, senilai Rp 63,4 miliar untuk menutup kerugian. Gedung enam lantai dengan total 4.239,43 meter persegi itu berdiri di tanah seluas 1.993 meter persegi