Ekspor Semen RI Terancam Aturan Batasan Emisi Karbon Besutan Eropa
Asosiasi Semen Indonesia khawatir Mekanisme Penyesuaian Perbatasan Karbon atau CBAM besutan Uni Eropa akan mempengaruhi performa ekspor semen nasional. Ketua Umum ASI Lilik Unggul Raharjo mengatakan, aturan yang diterapkan di Eropa biasanya akan ditiru oleh negara maju, khususnya Amerika Serikat dan Australia.
Ia mencatat, beberapa negara tujuan ekspor semen nasional adalah Banglades, Cina, dan Australia. Adapun industri semen Indonesia belum mengekspor semen ke Benua Biru dan baru berencana mulai mengirimkan semen ke Amerika Serikat pada awal tahun depan.
"Australia akan menerapkan carbon linkage. Skema ini masih belum ditetapkan apakah akan menggunakan skema seperti CBAM atau cukup dengan patokan emisi karbon," kata Lilik dalam konferensi pers, Senin (3/6).
Berdasarkan paparan ASI, volume ekspor semen pada tahun lalu naik 20,22% secara tahunan menjadi 10,7 juta ton. Volume ekspor pada tahun ini diprediksi akan tetap di atas 10 juta ton atau 10,5 juta ton.
Beberapa komoditas yang akan terdampak CBAM adalah barang dengan emisi karbon tinggi, seperti baja, semen, aluminium, pupuk, dan listrik. Produk tersebut akan dikenakan bea masuk yang lebih tinggi karena dinilai tidak ramah lingkungan.
Lilik mengatakan, transisi implementasi CBAM akan dimulai pada 2026. Menurutnya, aturan CBAM pada akhirnya akan memberatkan pabrikan lokal untuk mencapai standar emisi karbon Eropa.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto sebelumnya mengatakan, kebijakan CBAM dapat mengancam perdagangan mineral kritis ke Eropa, khususnya baja dan nikel. Ini karena aturan tersebut mengijinkan negara anggota EU untuk mengenakan pajak karbon kepada barang yang diimpor dari negara yang belum memberlakukan pajak karbon.
CBAM dijadwalkan mulai berlaku pada 2026 dan berlaku bahkan setelah mineral tersebut telah menjadi produk jadi. Airlangga berpendapat CBAM akan merepotkan industri pengolah mineral nasional untuk bersaing di Pasar Eropa.
"Indonesia punya dua komoditas andalan ekspor, pertama kelapa sawit dan kedua baja. Ini keduanya kita dihantam," kata Airlangga.