Vale Ajukan AMDAL Proyek Smelter Nikel bersama Ford dan Huayou
Proyek pembangunan fasilitas pemurnian atau smelter nikel PT Vale Indonesia Tbk bersama Ford Motor Co. dan Zhejiang Huayou Cobalt terus berjalan. CEO Vale Febriany Eddy mengatakan bahwa dari sisi perizinan proyek ini berjalan dengan baik.
“Izin kehutanannya udah keluar. Proyek ini pembangunannya di dalam kawasan industri, jadi mereka bagus progresnya dari isis perizinan. Sekarang sedang diurus analisis dampak lingkungannya (AMDAL), kalau semua lancar proyek akan langsung jalan,” ujarnya saat ditemui di Jakarta, dikutip Senin (24/6).
Proyek smelter nikel ini bernilai US$ 4,5 miliar atau sekitar Rp 67,6 triliun di Pomalaa, Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara. Febry mengatakan bahwa Ford telah mengunjungi proyek tersebut untuk melihat langsung bagaimana penerapan standar ESG-nya.
“Mereka apresiasi, bagus sesuai harapan. Memang mereka meminta kami berperan aktif untuk memastikan nanti smelter ini sesuai standar ESG yang disepakati. Jadi ini penting baik Vale, Ford, ataupun partner kami yang lain,” ujarnya.
Untuk diketahui, smelter garapan tiga perusahaan ini akan menggunakan teknologi high-pressure acid leaching (HPAL) yang akan memproduksi 120.000 ton mixed hydroxide precipitate (MHP) per tahun, salah satu bahan baku penting untuk membuat baterai kendaraan listrik.
Bagi Ford, investasi ini menjadi yang pertama di kawasan Asia Tenggara seiring meningkatnya minat para produsen otomotif dalam mengamankan bahan baku untuk memproduksi baterai kendaraan listrik. Ini menjadi salah satu upaya Ford dalam mengejar ketertinggalannya dari pemimpin pasar mobil listrik dunia, Tesla.
“Ford dapat membantu memastikan bahwa nikel yang digunakan dalam baterai kendaraan listrik ditambang, diproduksi dalam standar ESG yang sama, sebagai bagian dari bisnis Ford di seluruh dunia,” kata Chief Government Affairs Officer Ford, Christopher Smith, saat penandatanganan kerja sama dengan Vale dan Huayou, di Sorowako, Sulawesi Selatan, Kamis (30/3/23).
Proyek Akan Groundbreaking Tahun Ini
Sebelumnya, Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan kemajuan proyek hilirisasi Vale akan memasuki tahap groundbreaking tahun ini.
“Tahun ini hampir semuanya groundbreaking. Ini kerja sama kita dengan beberapa perusahaan di Eropa dan Amerika untuk Vale,” kata Bahlil dalam konferensi pers Prospek Investasi Pascapemilu 2024 pertengahan Maret lalu.
Bahlil menjelaskan bahwa perkembangan proyek ini semakin terlihat setelah Pemilu 2024. “Beberapa perusahaan yang kemarin wait and see, belum mau melakukan investasi sudah mulai menyampaikan akan segera groundbreaking,” ujarnya.
Selain karena Pemilu, proyek hilirisasi nikel ini juga berkembang setelah rampungnya divestasi saham Vale dan perpanjangan kontrak dengan pemerintah. "Kami juga akan ada prospek untuk pembangunan ekosistem baterai mobil yang cukup besar di investasi Vale dengan yang lainnya,” kata Bahlil.