Kemenkes Pastikan Harga Obat Tak Naik Meski Rupiah Jeblok

Andi M. Arief
24 Juni 2024, 18:38
harga obat, pelemahan rupiah, rupiah melemah
ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/Spt.
Ilustrasi.
Button AI Summarize

Kementerian Kesehatan memperkirakan, pelemahan rupiah tidak akan memengaruhi harga obat di dalam negeri. Sebanyak 90% kebutuhan bahan baku obat nasional masih bergantung dari kegiatan impor.

Direktur Jenderal Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Lucia Rizka Andalucia mengatakan, komponen pembentuk harga obat di dalam negeri ada empat, yakni bahan baku obat, proses produksi, distribusi, dan pemasaran. Oleh karena itu, Rizka menilai pelemahan rupiah tidak akan langsung berdampak pada harga obat lokal.

"Kenaikan harga obat akibat pelemahan rupiah bisa ditekan dengan efisiensi di faktor pembentuk harga lain, misalnya pemasaran dan distribusi," kata Rizka dalam rapat dengar pendapat dengan Komisi IX DPR, Senin (24/6).

Rizka menekankan, harga obat tidak hanya ditentukan dari harga bahan baku obat. "Tidak semata-mata nilai rupiah melemah langsung naik harga obat," ujarnya.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengatakan pelemahan rupiah berdampak pada tiga jenis subsidi, yakni listrik, bahan bakar minyak, dan elpiji. Sebagian kebutuhan tiga jenis subsidi tersebut masih bergantung pada impor.

Nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir melemah di level Rp 16.400 per dolar Amerika Serikat, sementara asumsi kurs dala APBN ditetapkan Rp 15 ribu per dolar AS.

Selisih subsidi akibat pelemahan rupiah, Sri Mulyani mengatakan, akan ditagihkan Pertamina dan PLN kepada pemerintah. "Setiap kuartal kami meminta Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan untuk mengaudit dan kami membayar sesuai kemampuan negara," kata dia.  

Besaran belanja subsidi energi saat ini masih sesuai Undang-undang APBN 2024, sebesar Rp 300 triliun. "Nanti kami akan lihat alokasi itu memenuhi berapa banyak volume yang sudah ditetapkan," kata Sri Mulyani. 

Rupiah terdepresiasi 6,51% secara year-to-date. Negara-negara di Amerika Latin mengalami pelemahan mata uang lebih dalam.  

Emerging market atau pasar negara berkembang mengalami tekanan berat karena pengaruh pelemahan rupiah, naiknya imbal hasil surat utang negara, turunnya pasar modal, suku bunga tinggi, dan harga komoditas yang turun.  

Sri Mulyani menilai resiliensi Indonesia masih relatif tinggi. "Depresiasi rupiah lebih rendah dibandingkan negara lain," ucapnya. "Ini disebabkan kebijakan fiskal kita cukup hati-hati dan bijak."

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...