Pengusaha Mal: Banyak Department Store Tutup karena Tren Berubah  

Andi M. Arief
2 Juli 2024, 15:42
pusat perbelanjaan, departement store, mal
ANTARA FOTO/Yudi Manar/Spt.
Sejumlah calon pembeli memilih pakain di salah satu pusat perbelanjaan di Medan, Sumatera Utara, Minggu (9/62024). Bank Indonesia mencatat Indeks penjualan riil (IPR) pada April 2024 meningkat sebesar 243,2 dibandingkan April 2023 mencapai 241,6 secara tahunan atau year on year (YoY).
Button AI Summarize

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia atau APPBI menyatakan tren penutupan toko serba ada atau department store di mal telah berlangsung cukup lama. Hal tersebut disebabkan oleh perubahan gaya berbelanja masyarakat, khususnya di kota-kota besar.

Ketua Umum APPBI Alphonzus Widjaja mengamati konsumen yang datang ke mal kini mengutamakan pengalaman dibandingkan hanya melakukan konsumsi. Beberapa department store yang telah melakukan penutupan akibat perubahan tren tersebut adalah gerai adalah Lotus, Centro, Golden Truly, dan Matahari.

"Konsumen kini semakin menuntut bahwa berbelanja bukan hanya sekedar berbelanja, tapi harus disertai pengalaman," kata Alphonzus kepada Katadata.co.id, Selasa (2/7).

Alphonzus mengatakan, peritel yang tidak menawarkan pengalaman unik saat berbelanja akan ditinggalkan oleh pelanggan secara perlahan. Sebab, peritel tersebut akhirnya harus bersaing langsung dengan lokapasar.

Di sisi lain, Alphonzus menyampaikan bahwa pusat perbelanjaan sudah pulih dari pandemi Covid-19. Hal tersebut ditunjukkan dengan rata-rata tingkat kunjungan ke mal yang menembus 100%.

Selain itu, tingkat okupansi telah naik dari sekitar 70% saat pandemi menjadi lebih dari 80%. Terakhir, lama kunjungan telah mencapai tiga jam dari sebelumnya kurang dari satu jam pada 2020-2022.

Walau demikian, Alphonzus mengingatkan bahwa daya beli masyarakat kelas menengah bawah masih lemah. Oleh karena itu, pemerintah selayaknya menghindari kebijakan yang berpotensi memperburuk kondisi saat ini.

"Kebijakan yang dimaksud seperti Tabungan Perumahan Rakyat, kenaikan Pajak Pertambahan Nilai menjadi 12% dan kebijakan lain yang semakin melemahkan daya beli masyarakat, khususnya kelas menengah bawah," ujarnya.

Ketua Umum Himpunan Peritel & Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia Budihardjo Iduansjah sebelumnya menilai, usaha ritel fesyen di mal belum membaik. Hal tersebut ditunjukkan dari tutupnya gerai Matahari di Mall Balekota dan WTC Serpong.

Ia menjelaskan, produk lokal di Matahari tidak bisa bersaing lantaran harga produk impor ilegal lebih murah akibat rendahnya beban impor. Oleh karena itu, Budiharjo mendorong pemerintah untuk memperketat dan memberantas barang-barang impor ilegal.

"Matahari ini kan banyak produk lokalnya. Masalahnya adalah banjirnya barang-barang impor ilegal yang masuk ke Indonesia tanpa bayar pajak dan syarat," kata Budiharjo kepada Katadata.co.id, Senin (1/7).

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...