Pabrikan Mobil RI Incar Pasar Meksiko, Pede Bisa Bersaing dengan AS
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia atau Gaikindo menyebut, terdapat empat Agen Penjual Mobil atau APM yang mengincar pasar ekspor Amerika Selatan. Mereka meyakini daya saing mobil besutan Indonesia lebih tinggi dibandingkan Amerika Serikat.
Sekretaris Umum Gaikindo Kukuh Kumara mencatat, tiga dari empat APM yang menyasar pasar Meksiko adalah Hyundai, Honda, dan Toyota. Meksiko merupakan pasar ekspor nomor dua setelah Filipina yang mencapai 56.483 uit pada tahun lalu.
"Pasar Meksiko itu lebih besar daripada Indonesia, mungkin hampir dua juta unit per tahun. Mereka baru tahu mobil buatan Indonesia lebih ekonomis daripada buatan Amerika Serikat. Itu yang membuat potensinya besar," kata Kukuh di Kementerian Perindustrian, Rabu (10/7).
Kukuh menyampaikan, model mobil yang dikirim ke Negeri Sombrero adalah kendaraan multiguna atau MPV. Dengan kata lain, selera pasar Meksiko serupa dengan Indonesia, yakni mobil keluarga dengan model MPV.
Di samping itu, menurut Kukuh, Amerika Selatan berpotensi menjadi pasar tujuan ekspor komponen otomotif lokal. Sebab, beberapa negara di Amerika Selatan kini mengembangkan kendaraan yang dapat menggunakan biofuel berbasis etanol.
"Mereka impor mesin mobil dari Indonesia, itu yang menarik pada pasar Amerika Selatan. Maka dari itu, pasar Amerika Latin tidak bisa diremehkan karena jarak pengiriman yang jauh tidak menjadi masalah bagi mereka," katanya.
Gaikindo mendata volume ekspor mobil utuh turun 12,72% secara tahunan pada Januari-Mei 2024 menjadi 179.764 unit. Sementara itu, volume ekspor mobil rakitan turun hingga 30,06% menjadi 17.191 unit.
Penjualan mobil di dalam negeri sepanjang paruh pertama konsisten lebih rendah secara tahunan. PT Astra International Tbk mendata, angka penjualan mobil secara keseluruhan turun 19% menjadi 408.012 unit.
Plt. Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika Kementerian Perindustrian Putu Juli Ardika menyatakan, penurunan penjualan mobil pada paruh pertama tahun ini disebabkan oleh melebarnya daya beli masyarakat dengan harga mobil. Alhasil, tren peningkatan pembelian mobil bekas yang dimulai tahun lalu berlanjut hingga saat ini.
Berdasarkan data Kemenperin, total penjualan mobil bekas hanya 500.000 unit atau 29,27% dari total penjualan mobil 2014. Angka tersebut naik menjadi 1,4 juta unit atau 58,18% dari total penjualan mobil pada tahun lalu.
"Kenapa penjualan mobil belum meningkat selama paruh pertama 2024? Pertama adalah jurang antara daya beli masyarakat dan harga mobil," kata Putu di kantornya, Rabu (10/7).
Putu memaparkan, rata-rata harga mobil pada 2023 telah naik 20,96% selama 10 tahun terakhir menjadi Rp 255 juta. Pada periode yang sama, pendapatan rumah tangga per tahun naik 31,57% menjadi Rp 225 juta. Namun, menurut dia, jurang antara pendapatan rumah tangga dan harga mobil melebar pada 10 tahun terakhir dari Rp 15 juta pada 2013 menjadi Rp 30 juta pada tahun lalu.