Banjir Impor Dari Cina, Industri Tekstil Masih Terpuruk Meski Pandemi Usai
Ekonomi Indonesia telah bangkit dari pandemi Covid-19 dengan pertumbuhan mencapai 5,05% pada kuartal II 2024. Meski demikian, kinerja industri tekstil tak ikut terungkit dan masih mencatatkan kontaksi.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu mengakui industri tekstil Indonesia masih terpuruk sejak pandemi Covid-19. “Pertumbuhan subsektor tekstil dan produk tekstil (TPT) belum kembali ke level prapandemi, dipengaruhi oleh permintaan pasar domestik dan ekspor yang menurun serta tantangan semakin kompetitifnya industri ini,” kata Febrio dalam pernyataan tertulisnya, Kamis (8/8).
Menurut Febrio, kondisi tersebut berdampak terhadap serapan tenaga kerja di sektor tersebut. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik atau BPS per Februari 2024, serapan tenaga kerja di sektor itu menurun dari 3,98 juta pada 2023 menjadi 3,87 juta pada 2024.
BPS juga mencatat pertumbuhan industri tekstil minus 2,63% pada kuartal II 2024 dibandingkan kuartal sebelumnya. Sementara secara tahunan, pertumbuhan industri tekstil juga terkontraksi 0,03% di tengah pertumbuhan ekonomi RI.
Selain ketatnya kompetisi di pasar global, menurut dia, industri TPT Indonesia juga menghadapi tantangan di dalam negeri. Hal itu diakibatkan dengan meningkatnya impor produk tekstil, terutama dari Cina.
“Penurunan kinerja industri ini menjadi perhatian serius bagi pemerintah, mengingat serapan tenaga kerja yang besar,” ujar Febrio.
Febrio memastikan pemerintah terus memantau situasi tersebut dan memberikan solusi untuk mendorong pemulihan kinerja fundamental industri TPT dalam jangka panjang. Dia menuturkan, pemerintah secara konsisten mendudukkan upaya solutif tersebut dengan tetap mempertimbangkan dampak terhadap perekonomian secara keseluruhan.
Di tengah situasi global yang diwarnai oleh risiko stagnasi ekonomi dan tingkat inflasi global yang belum kembali ke level prapandemi, perekonomian Indonesia tetap resilien. Kinerja pertumbuhan ekonomi yang positif menopang pasar tenaga kerja dengan jumlah orang bekerja dalam tiga tahun terakhir meningkat 11,1 juta orang dan tingkat pengangguran turun dari 6,26% pada 2021 menjadi 4,82% pada 2024. Serapan tenaga kerja terutama didominasi sektor pertanian, perdagangan, dan industri pengolahan.
Wakil Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Eko Listiyanto mengungkapkan, respons masyarakat saat ini juga menilai untuk mendukung industri tekstil Indonesia. Indef juga melakukan survei berkaitan respons masyarakat terkait produk impor ilegal dan satgas impor.
“Ini kita data 2.300 perbincangan di media sosial X dan kita filter. Data analis kami sudah melalui berbagai tahapan untuk bisa mendapatkan tanggapan netizen, ternyata 99% netizen itu sepakat produk impor ilegal harus dibasmi,” kata Eko dalam diskusi Indef, Kamis (8/8).
Eko menambahkan, masyarakat juga berharap kualitas produk dalam negeri dijaga dan ditingkatkan. Di satu sisi, masyarakat sepakat impor ilegal harus dibasmi namun di sisi lain produk dalam negeri dijaga kualitasnya supaya konsumen tetap berminat dengan produk dalam negeri.