Pemerintah Dorong Peritel Jualan Daring
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional mendorong pelaku usaha ritel melakukan digitalisasi dan berjualan secara daring untuk mendorong perekonomian. Digitalisasi proses usaha ritel dinilai dapat meningkatkan efisiensi operasi toko secara langsung.
Direktur Perdagangan, Investasi dan Kerjasama Ekonomi Internasional Bappenas P.N. Laksmi Kusumawati mengatakan, efisiensi operasi tersebut berbentuk optimalisasi rantai pasok, peningkatan keamanan, dan pencegahan kerugian. Selain itu, kontribusi transaksi di lokapasar ke total transaksi ritel diperkirakan naik pada 2027 menjadi 24%.
"Pada saat yang sama ada peningkatan nilai transaksi global di lokapasar menjadi US$ 1,4 triliun pada 2022 sampai 2027 dan 64% potensi transaksi tersebut berasal dari negara berkembang," kata Laksmi di Hotel Borobudur, Rabu (14/8).
Laksmi memaparkan, sekitar 65% transaksi ritel di Cina dan India dipengaruhi oleh penjualan digital. Menurut Laksmi, peritel dapat memperluas target pasar jika mengoptimalisasi digitalisasi dan penjualan daring .
Laksmi menjelaskan, perluasan target konsumen peritel melalui lokapasar dimungkinkan lantaran kepemilikan akses internet telah mencapai 86,54% pada 2022. Namun, saat ini hanya US$16,51 pengguna internet yang berbelanja secara daring. Dengan kata lain, tren berbelanja secara daring akan meningkat.
Ia menemukan provinsi dengan pengguna internet tertinggi berada di Jakarta atau hingga 95,39%, sedangkan yang terendah berada di Papua yang hanya 35,14%.
Lembaga riset e-commerce dari Jerman, ECDB menyebut Indonesia menjadi negara dengan proyeksi pertumbuhan e-commerce tertinggi di dunia pada 2024. Tingkat pertumbuhannya menyentuh 30,5%. Proyeksi itu lebih tinggi hampir tiga kali lipat dari rerata global yang sebesar 10,4%.
ECDB juga mengkalkulasikan, total penjualan ritel online dari 150 negara yang diteliti mencapai hampir US$2,2 triliun pada 2023. Pasar e-commerce global dirajai oleh China dengan pendapatan diperkirakan sebesar US$2,17 triliun pada 2023.
Proyeksi ini dibuat dengan menggunakan berbagai teknik yang disesuaikan dengan perilaku pasar. Faktor pendorong yang turut dihitung di antaranya produk domestik bruto (PDB) per kapita, belanja konsumen per kapita, penetrasi internet, dan populasi negara.
Nilai transaksi bruto atau gross merchandise value (GMV) TikTok Shop menjadi yang terbesar kedua di Asia Tenggara jika dihitung dengan Tokopedia. GMV kedua e-commerce ini total US$ 32,6 miliar atau Rp 533 triliun (kurs Rp 16.300 per US$).
“Setelah mengambil alih Tokopedia, TikTok Shop menjadi platform e-commerce terbesar kedua di Asia Tenggara,” demikian dikutip dari laporan Momentum Works bertajuk ‘Ecommerce in Southeast Asia 2024’, Senin (15/7).
TikTok berinvestasi di Tokopedia pada Desember 2023. Oleh karena itu, data Momentum Works ini masih memisahkan transaksi TikTok Shop dan Tokopedia.