Ada Potensi Gempa Megathrust, Sandiaga Minta Masyarakat Tak Panik Saat Berwisata
Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Sandiaga Salahuddin Uno mengimbau masyarakat agar tidak terlalu panik ketika berwisata ke daerah yang berpotensi terjadi gempa megathrust. Namun Sandiaga tetap berpesan kepada wisatawan untuk meningkatkan kewaspadaan di daerah tersebut.
Daerah yang berpotensi mengalami megathrust adalah Selat Sunda dan wilayah Mentawai-Siberut. Secara rinci, megathrust di Selat Sunda berpotensi memiliki kekuatan Mega Richter 8,7, sementara di Mentawai-Siberut hingga Megarichter 8,9.
"Kita bisa tahu dari data di mana daerah yang berpotensi terdampak megathrust. Jangan sampai menahan wisata karena hal tersebut. Masyarakat bisa berwisata selama menggunakan informasi terkini dan tetap waspada," kata Sandiaga di kantornya, Senin (19/8).
Untuk diketahui, gempa bumi yang mendekati kekuatan kedua potensi megathrust tersebut adalah gempa bumi berkekuatan 9,1 mega richter di dasar Samudera Hindia yang menyebabkan Tsunami Aceh 2004. Gempa terkuat selanjutnya di dalam negeri terjadi di Pulau Nias pada Maret 2005 berkekuatan Mega Richter 8,2.
Sandiaga mengatakan Indonesia adalah wilayah yang rentan terhadap bencana gempa bumi. Oleh karena itu, dia mengimbau masyarakat tidak terlalu khawatir terkait potensi megathrust di Selat Sunda dan Mentawai-Siberut.
"Kita berwisata menikmati keindahan alam dengan penuh kuasa. Selain itu, pemerintah sudah punya sistem informasi manajemen krisis untuk mengatasi kebencanaan," ujarnya.
Sistem Peringatan Dini
Pemerintah akan fokus pada implementasi early warning system dalam menghadapi bencana megathrust. Oleh karena itu, dia menekankan agar setiap wisatawan yang mengunjungi Selat Sunda maupun Mentawai-Siberut memiliki informasi terbaru.
Selain itu, wisatawan di dua daerah tersebut juga harus mengetahui jalur evakuasi saat terjadi gempa maupun tsunami. "Wisatawan harus memprioritaskan penyiapan diri dalam berwisata di kedua daerah tersebut," katanya.
Sebelumnya, Kepala Pusat Gempabumi dan Tsunami BMKG, Daryono menyebut Megathrust Nankai sebagai salah satu zona seismic gap atau zona sumber gempa potensial, namun belum terjadi gempa besar dalam masa puluhan hingga ratusan tahun terakhir. Zona tersebut diduga sedang mengalami proses akumulasi medan tegangan kerak bumi.
BMKG sudah menyiapkan system monitoring, prosesing dan diseminasi informasi gempa bumi serta sistem peringatan dini tsunami yang semakin cepat dan akurat.
"Semoga upaya kita dalam memitigasi bencana gempa bumi dan tsunami dapat berhasil dengan dapat menekan sekecil mungkin risiko dampak bencana yang mungkin terjadi, bahkan hingga dapat menciptakan zero victim," ujarnya.