Menperin Pastikan Mitigasi Bencana Sudah Dilakukan di Kawasan Industri

Agustiyanti
27 Agustus 2024, 10:36
kawasan industri, bencana alam
ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/nym.
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan pihaknya telah memastikan seluruh wilayah yang ditetapkan kawasan industri aman dari bencana.
Button AI SummarizeMembuat ringkasan dengan AI

Menteri Perindustrian  Agus Gumiwang Kartasasmita memastikan, pihaknya telah memiliki upaya mitigasi terhadap bencana sejak awal pemberian izin pengembangan kawasan industri. Kawasan yang ditetapkan untuk digunakan oleh industri sudah dipastikan aman. 

"Kami sudah melakukan mitigasi dengan menetapkan kawasan-kawasan yang memang kami anggap aman, walau belum tentu 100% tepat, tapi kami anggap kawasan tersebut itu relatif aman ketika kita berikan izin untuk pengembangan kawasan industri," ujar Agus di Jakarta, Senin (26/8), seperti dikutip dari Antara. 

Agus menjelaskan, Kemenperin secara selektif menetapkan kawasan-kawasan untuk dijadikan wilayah industri tertentu. Hal ini dilakukan untuk meminimalisasi terjadinya kemungkinan bencana baik kebakaran hutan, banjir maupun gempa bumi besar yang diprediksi akan terjadi pada 2024.

"Kemenperin sangat hati-hati ketika kita memberikan perizinan untuk kawasan-kawasan industri. Kami memastikan bahwa kawasan perizinan itu sudah sesuai dari perkiraan kemungkinan terjadinya bencana," kata Agus.

Banjir bandang baru-baru ini kembali menerjang Maluku Utara, wilayah yang ekonominya tumbuh kencang berkat hilirisasi nikel. Hujan deras yang mengguyur sejak Sabtu malam hingga minggu pagi menyebabkan banjir menerjang Keluruhan Rua, Ternate hingga menelan belasan korban jiwa. 

Bulan sebelumnya, bencana banjir besar menerjang wilayah lain Maluku Utara, yakni Halmahera Utara hingga merendam empat desa. Para pegiat lingkungan mengaitkan bencana alam yang belakangan menimpa wilayah Indonesia Timur ini dengan masifnya aktivitas tambang nikel.

Laporan berjudul “Daya Rusak Hilirisasi Nikel: Kebangkrutan Alam dan Derita Rakyat Maluku Utara” yang dirilis oleh Forum Studi Halmahera (FORHAL), Trend Asia dan Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) menyebut, akselerasi tambang telah menyebabkan deforestasi di wilayah tersebut. 

Data Global Forest Watch mencatat bahwa sejak 2001 hingga 2022, Kabupaten Halmahera Tengah telah kehilangan 26,1 ribu hektar tutupan pohon, sedangkan di Kabupaten Halmahera Timur telah kehilangan 56,3 ribu hektar tutupan pohon dalam periode yang sama.

Industri nikel turut merusak Daerah Aliran Sungai (DAS) yang mengakibatkan tujuh bencana banjir bandang sejak 2020 di sekitar wilayah industri IWIP. Sementara limbah merusak perairan yang merupakan wilayah tangkap nelayan hingga melampaui baku mutu.

Reporter: Antara

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...