Airlangga Kumpulkan Para Mantan Menko Ekonomi, Bahas Kelas Menengah
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengumpulkan sejumlah mantan menko perekonomian serta pejabat lain untuk mendiskusikan masalah dan potensi kelas menengah di Indonesia. Beberapa yang hadir, antara lain Boediono, Darmin Nasution, Abdul Rizal Bakrie, dan Hatta Rajasa.
Pertemuan digelar secara tertutup di Gedung AA Maramis yang berada dikompleks kantor Kementerian Perekonomian. Selain para mantan menko perekonomian, hadir Wakil Menteri Keuangan I Suahasil Nazara dan Ketua Asosiasi Pengusaha Indonesia Shinta Kamdani.
Adapula Pelaksana Tugas Badan Pusat Statistik Amalia Adininggar Widyasanti dan Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi yang juga terpantau menghadiri acara dialog tersebut. Para tamu undangan hadir mengenakan busana batik.
Beberapa poin yang dibahas yakni, posisi kelas menengah dalam perekonomian, fenomena kerentanan kelas menengah berkaca dari Chillean Paradox, serta kebijakan dan program yang telah dilakukan untuk mendorong pertumbuhan kelas menengah.
Daya Beli Kelas Menengah Turun
Hasil riset terbaru Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia atau LPEM FEB UI menunjukan kondisi tergerusnya daya beli kelas menengah. Peneliti makroekonomi dan pasar keuangan LPEM FEB UI, Teuku Riefky juga menilai, calon kelas menengah saat ini menjadi rentan.
“Ada kondisi menunjukkan peningkatan yang konsisten tiap tahun,” kata Riefky dalam laporan risetnya yang dikutip Jumat (9/8).
Calon kelas menengah didefinisikan sebagai penduduk dengan kemungkinan kurang dari 10% untuk menjadi miskin, tetapi memiliki kemungkinan di atas 10% untuk menjadi rentan.
Pada 2014, penduduk yang tergolong dalam kategori calon kelas menengah mencapai 45,8% populasi atau setara dengan 115 juta jiwa. Lalu pada tahun 2023, angka tersebut meningkat menjadi 53,4% atau setara dengan 144 juta jiwa. Dengan begitu, lebih dari separuh populasi Indonesia masuk dalam kategori calon kelas menengah.
Riefky menyebut, ekspansi pada kategori calon kelas menengah dan kelas menengah pada 2014 hingga 2018 mengindikasikan tren positif dari mobilitas sosial ke atas. Pada periode ini, proporsi populasi miskin dan rentan menurun, sedangkan calon kelas menengah dan kelas menengah mengalami pertumbuhan.
Namun, sejak 2018 hingga 2023, ekspansi calon kelas menengah mengindikasikan adanya kemunduran. “Mengindikasikan adanya pergeseran dari individu yang sebelumnya merupakan kelas menengah ke calon kelas menengah atau bahkan rentan,” ujar Riefky.
Hal ini terlihat dari pola konsumsi kelas menengah. Pada 2023, total konsumsi dari kelompok calon kelas menengah dan kelas menengah 82,3% dari total konsumsi rumah tangga di Indonesia. Dari angka tersebut, calon kelas menengah menyumbang 45,5% dan kelas menengah menyumbang 36,8%.
Tren calon kelas menengah mengalami perbedaan dalam lima tahun terakhir. Porsi konsumsi calon kelas menengah meningkat dari 42,4% pada 2018. Sebaliknya, porsi konsumsi kelas menengah turun dari 41,9% pada periode yang sama.
Dibandingkan dengan angka 2014 ke 2018, ada peningkatan total konsumsi. Konsumsi calon kelas menengah naik jadi 41,8%, sedangkan porsi konsumsi kelas menengah naik jadi 34,7%. “Penurunan ini menunjukkan pengurangan konsumsi kelas menengah yang mencerminkan potensi penurunan daya beli mereka,”kata Riefky.
Porsi Konsumsi Calon Kelas Menengah | Porsi Konsumsi Kelas Menengah | |
2014 | 41,8% | 34,7% |
2018 | 42,4% | 41,9% |
2023 | 45,4% | 36,8% |