Perundingan Dagang Mandek, Pemerintah akan Beri Uni Eropa Ultimatum Hari Ini
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menggelar pertemuan dengan perwakilan Uni Eropa hari ini, Rabu (25/9). Pertemuan tersebut akan membahas kelanjutan perjanjian perdagangan bebas atau Kemitraan Ekonomi Komprehensif/CEPA antara Indonesia dan Uni Eropa.
Airlangga tidak mengkonfirmasi apakah pertemuan tersebut akan menjadi perundingan ke-20 IEU-CEPA atau tidak. Namun, ia menekankan pemerintah Indonesia akan memberikan ultimatum kepada Uni Eropa. "Dalam pertemuan nanti saya akan tegaskan, kalau Uni Eropa terus memindahkan gawang IEU-CEPA, ya semua perundingan ada batasnya," kata Airlangga di kantornya, Rabu (25/9).
Perundingan ke-19 IEU-CEPA digelar di dalam negeri pada Juli 2024. Saat itu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengatakan 90% dari hal yang didiskusikan dalam IEU-CEPA telah mencapai kata sepakat.
Perundingan IEU-CEPA telah berlangsung selama 16 kali sejak 18 Juli 2016. Perundingan terus alot sehingga Zulhas memberikan Komisi Uni Eropa ultimatum terkait penyelesaian IEU-CEPA.
Zulhas berencana tak melanjutkan perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif atau CEPA dengan Uni Eropa. Hal ini karena Uni Eropa kerap memperpanjang perundingan tanpa kata sepakat.
Zulhas menargetkan IEU-CEPA harus selesai pada akhir bulan ini., hampir semua komoditas yang diinginkan pemerintah telah mencapai kata sepakat. "Kalau tidak kelar bulan ini, mau apa lagi yang dibicarakan," kata Zulhas di Menara Kadin, Selasa (24/9).
Jika tak juga rampung, ia memilih memperluas pasar perdagangan Indonesia dengan negara lain. Zulhas menyebutkan pemerintah memiliki banyak pilihan pasar lain selain Eropa, seperti Afrika, Timur Tengah, dan Asia Tenggara.
Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Djatmiko Bris Witjaksono berencana mengupayakan penyelesaian IEU-CEPA pada tahun ini. Namun, Djatmiko belum dapat memastikan apakah perjanjian tersebut akan rampung pada pemerintahan ini atau tidak.
"Kami masih ada upaya untuk menyelesaikan IEU-CEPA. Sayang kalau tidak diselesaikan karena sudah dirundingkan sejak lama,"kata Djatmiko.
Zulhas sebelumnya mencontohkan Vietnam yang telah merampungkan perjanjian serupa dengan Benua Biru. Produk ekspor sepatu dari negara Asia Tenggara tersebut menjadi bebas bea alias 0%. Sedangkan produk sepatu dari Indonesia kena bea masuk 6% untuk dijual di Eropa.
IEU-CEPA akan membuat komoditas ekspor Indonesia yang akan masuk ke Uni Eropa akan bebas bea masuk. Dengan demikian, kesepakatan tersebut harapannya dapat menggenjot pertumbuhan ekonomi nasional hingga menembus 7%.
Contohnya, perjanjian RI dengan Cina membuat nilai perdagangan dengan Negeri Panda naik hingga 500% selama tiga tahun terakhir. Selain itu, perjanjian dagang antara Indonesia dan India membuat nilai transaksi naik hampir 300%.
"Saat ini banyak hal yang mempersulit ekspor kita ke Uni Eropa karena tidak ada IEU-CEPA. Mudah-mudahan September 2024 bisa diselesaikan," kata Zulkifli alias Zulhas di kantor Kementerian Perdagangan, Jakarta, Kamis (20/8).