Pendapatan Petani Melonjak Lampaui UMP, Bapanas Klaim Berkat Bantuan Pangan

Andi M. Arief
26 September 2024, 16:31
petani, pendapatan petani, ump
ANTARA FOTO/Dedhez Anggara/tom.
Petani menunjukkan hasil panen padi di areal sawah Desa Pabean Udik, Indramayu, Jawa Barat, Kamis (29/8/2024).
Button AI Summarize

Badan Pangan Nasional atau Bapanas menyatakan pendapatan petani naik 333,61% atau lebih dari empat kali lipat menjadi Rp 66,82 juta per tahun pada 2023 dibandingkan 2021 Rp 15,41 juta per tahun. Pendapatan bulanan petani saat ini  hampir dua kali lipat rata-rata Upah Minimum Provinsi 2023 senilai Rp 2,92 juta.

Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan data pendapatan petani tersebut diperoleh berdasarkan Hasil Pencacahan Lengkap Sensus Pertanian 2023 Tahap II besutan Badan Pusat Statistik. Menurutnya, peningkatan pendapatan tersebut salah satunya didorong oleh program bantuan pangan yang dimulai pada 2022.

"Bapanas bersama Perum Bulog membantu penyerapan produksi beras hasil petani yang kemudian kami salurkan ke berbagai program intervensi, termasuk bantuan pangan," kata Arief dalam keterangan resmi, Kamis (26/9).

Peningkatan pendapatan tersebut tercermin dari perkembangan Nilai Tukar Petani ada 2022 sampai 2024. BPS mendata Indeks Harga Diterima Petani pada Agustus 2024 mencapai 144,73 poin. Angka tersebut lebih besar dari capaian Agustus 2022 sekitar 120 poin.

Arief mendata Bulog berhasil menyerap beras lokal sejumlah 994.000 ton pada 2022. Angka tersebut naik menjadi 1 juta ton pada tahun lalu dan ditargetkan mencapai 1,03 juta ton tahun ini.

Karena itu, Arief menilai ekosistem pangan dari hulu sampai hilir berjalan cukup baik. Mantan Direktur Utama ID Food ini optimistis petani bersemangat untuk meningkatkan produktivitas di dalam negeri untuk memenuhi seluruh kebutuhan pangan domestik.

"Alhasil, kemandirian pangan nasional kian kokoh dengan semangat petani," ujarnya.

Di sisi lain, BPS memproyeksikan neraca produksi beras Agustus-Oktober 2024 mencatatkan surplus 1,07 juta ton. Ia menyampaikan, proyeksi tersebut berpotensi menekan ketergantungan beras impor selama tiga bulan ke depan.

Proyeksi produksi beras per Agustus 2024 mencapai 2,84 juta ton atau tertinggi selama tiga tahun terakhir. Sementara itu, produksi Oktober 2024 mencapai 2,59 juta ton menjadi yang tertinggi selama lima tahun terakhir.

 Arief sebelumnya memastikan, akan terus mengawasi realisasi produksi beras hingga Oktober 2024. Namun, Arief belum berencana menambah kuota impor beras dari posisi saat ini sejumlah 3,6 juta tahun.

Ia mendata, Perum Bulog saat ini telah merealisasikan kuota beras impor sekitar 2,7 juta ton. Ia menekankan, seluruh beras impor dikelola Bulog dan di luar jenis beras khusus maupun beras pecah.

Mayoritas negara asal beras yang diimpor Bulog adalah Vietnam dan Thailand. "Tidak mudah untuk mencari dan memasukkan beras impor saat ini," kata Arief.

Reporter: Andi M. Arief
Editor: Agustiyanti

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...