Perundingan Dagang RI-Eropa Mandek 8 Tahun, Airlangga Ungkap 3 Penyebabnya
Perundingan Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Indonesia dan Uni Eropa atau IEU-CEPA belum menemui kesepakatan menjelang berakhirnya pemerintahan Presiden Joko Widodo meski sudah berlangsung 8 tahun. Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut, ada tiga hal yang membuat negosiasi perjanjian tersebut alot, yakni terkait perpajakan, bea keluar, dan volume impor.
Masalah sistem perpajakan, menurut Airlangga, diajukan oleh Uni Eropa. Mereka mengajukan sistem perpajakan melalui transmisi elektronik. "Saat kami bicara dengan Uni Eropa sembilan tahun yang lalu dalam perundingan IEU-CEPA, tidak ada pembahasan perpajakan melalui transmisi elektronik. Itu hanya muncul belakangan ini," kata Airlangga di Menara Kadin, Rabu (2/10).
Airlangga mengatakan, dua pembahasan lain yang menghambat penerbitan IEU-CEPA terkait relaksasi bea keluar dan volume impor. Ia tidak menjelaskan pihak mana yang mengajukan kedua hal tersebut. Namun, Airlangga menyampaikan salah satu sisi menginginkan agar volume ekspornya meningkat tanpa peningkatan volume impor.
"Satu sisi tidak hanya bisa mendapatkan satu hal saja dalam perjanjian dagang. Ini bagaimana kami dan Uni Eropa menyeimbangkan impor dan ekspor," katanya.
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini optimistis Indonesia dapat mengambil untung dari IEU-CEPA. Pemerintah telah memiliki pengalaman saat melakukan perjanjian perdagangan bebas dengan Cina.
Airlangga mencatat neraca perdagangan Indonesia dengan Negeri Panda kini surplus sekitar US$ 2 miliar. Menurutnya, negara lain kini tidak melakukan perjanjian dagang dengan Cina lantaran kerap menunjukkan defisit neraca perdagangan.
Ia sebelumnya mengatakan telah memberikan ultimatum kepada Uni Eropa agar IEU-CEPA diterbitkan selambatnya pekan ini, Senin (1/10). Namun Airlangga kini memberikan sinyal tidak ada pembatalan perundingan IEU-CEPA dalam waktu dekat.
Pada saat yang sama, Airlangga mengakui penerbitan IEU-CEPA kini hanya menunggu persetujuan Uni Eropa. Selain itu, perundingan terkait IEU-CEPA telah dilakukan sebanyak 19 kali sejak 2016.
Menurut Airlangga, IEU-CEPA akan berdampak baik bagi industri Tekstil dan Produk Tekstil nasional. Sebab, produk TPT yang dikirim ke Eropa kini dikenakan bea masuk hingga 20%.
"Perundingan IEU-CEPA harus dilakukan bersama dengan Kadin. Sebab, produk TPT lokal dikenakan bea masuk 20% ke Eropa, tapi kalau TPT dari Vietnam bea masuknya 0%," ujarnya.