Menko Airlangga: Industri Manufaktur Belum Bisa Pulih Tahun Ini
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto pesimistis kondisi manufaktur Indonesia akan kembali pulih dan ekspansif pada tahun ini. Ia memperkirakan, Indeks Purchasing Manager's Index atau PMI baru akan kembali menembus angka 50 atau masuk kategori ekspansif pada akhir kuartal pertama tahun depan.
Airlangga tidak menjelaskan alasan sulitnya PMI Indonesia bangkit tahun ini. Indeks PMI manufaktur Indonesia berada di level kontraksi atau berada di bawah 50,0 selama Juli-September 2024. "Kami positif PMI Indonesia bisa naik ke atas 50,0 antara tiga sampai enam bulan ke depan," kata Airlangga kepada Katadata.co.id, di Menara Kadin, Rabu (2/10).
PMI Indonesia mencapai 49,2 pada bulan lalu atau naik 0,03 poin dibandingkan posisi Agustus 2024 di level 48,9. Kontraksi pada sektor manufaktur terakhir kali terjadi pada Agustus 2021.
Kamar Dagang dan Industri atau Kadin Indonesia menilai, merosotnya PMI Indonesia disebabkan oleh banyak pabrikan yang melakukan wait and see. Sebab, 2024 merupakan tahun politik saat Pemilihan Presiden dan Pemilihan Kepala Daerah dilakukan di tahun yang sama.
Ketua Umum Kadin versi Munaslub 2024 Anindya Bakrie menilai kondisi manufaktur akan kembali ekspansi pada pemerintahan baru. Namun Anindya tidak merinci lebih lanjut kapan PMI Indonesia dapat menembus 50,0.
Sekretaris Jenderal Kementerian Perindustrian Eko Cahyanto mengatakan kebijakan proindustri akan menjadi katalis dalam pemulihan kondisi industri nasional. Sebab, Eko mengamati para pengusaha mulai memiliki optimisme terhadap kondisi pasar sejak akhir bulan lalu.
Eko menilai optimisme tersebut membuat PMI Indonesia menjadi salah satu dari dua negara di Asia Tenggara yang menunjukkan pertumbuhan PMI selain Filipina. Adapun negara dengan penurunan PMI terdalam adalah Vietnam dari 52,4 pada Agustus 2024 menjadi 47,3 pada bulan lalu.
Vietnam kini menjadi negara dengan PMI terendah di Asia Tenggara selama sebulan. Sementara itu, Filipina memiliki PMI tertinggi atau mencapai 53,7.
Karena itu, Eko berpendapat telah ada peningkatan marginal terkait permintaan ke sektor manufaktur Indonesia. Oleh karena itu, Eko mengatakan tugas pemerintah saat ini mengharmonisasikan kebijakan niaga domestik agar mendukung sektor manufaktur.
"Selama pasar lokal masih dibanjiri impor legal maupun ilegal, berat bagi industri dalam negeri untuk pulih," kata Eko.