Kementan Klaim Indonesia Surplus Beras hingga November, Ungkap Efek Pompanisasi

Andi M. Arief
9 Oktober 2024, 19:57
Kementan
ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho/tom.
Petani menanam bibit padi di persawahan Desa Hadipolo, Jekulo, Kudus, Jawa Tengah, Rabu (28/8/2024).
Button AI Summarize

Kementerian Pertanian mencatat ada peningkatan produksi beras secara tahunan pada September-November tahun ini mencapai 780.000 ton. Alhasil, neraca produksi beras nasional pada Januari-November 2024 berhasil bertahan di posisi surplus.

Sekretaris Jenderal Kementan Prihasto Setyanto menyatakan peningkatan produksi beras disebabkan oleh pompanisasi dan ekstensifikasi lahan sawah. Menurutnya, kedua program tersebut membuat adanya tren peningkatan produksi beras di dalam negeri.

"Dari program pompanisasi yang dilakukan Kementan secara masif dan refocusing anggaran menunjukkan satu tren pertumbuhan yang cukup signifikan," kata Prihasto di Indonesia Future Policy Dialogue, Rabu (9/10).

Prihasto memaparkan peningkatan produksi paling tinggi diproyeksikan terjadi pada September 2024 atau 370.000 ton secara tahunan menjadi 2,89 juta ton. Produksi beras nasional pada Oktober 2024 mencapai 2,5 juta ton dan November 2024 hanya 1,72 juta ton.

Dengan demikian, defisit neraca produksi beras nasional diprediksi mulai terjadi pada Oktober 2024 sebesar 90.000 ton dan berlanjut pada November 2023 hingga 870.000 ton. Walau demikian, neraca produksi beras tahun berjalan masih tercatat surplus sebesar 260.000 ton.

Perum Bulog meramalkan produksi beras nasional akan memasuki masa paceklik pada November 2024 hingga Februari 2025. Hal tersebut disebabkan oleh pergeseran musim penghujan dari September 2024 menjadi akhir Oktober 2024.

Mantan Direktur Utama Bulog Bayu Krisnamurthi mengatakan pergeseran musim tersebut membuat masa panen padi bergeser dari November 2024 menjadi Januari 2024. Beras hasil panen baru dapat memasuki pasar pada Maret 2025 lantaran harus melalui proses pengeringan selama sebulan.

"Pada Maret 2025 bertepatan dengan Bulan Suci Ramadan. Maka dari itu, Bulog bersiap untuk menjaga stabilitas harga dan ketersediaan beras pada November 2024 sampai Februari 2025," kata Bayu di kantornya, Jumat (30/8).

Bayu mengingatkan hujan berpotensi mengguyur sepanjang Februari 2025 karena pergeseran musim penghujan. Oleh karena itu, ia memperkirakan, beras hasil panen Januari 2025 baru dapat dinikmati masyarakat pada April 2025.

Bayu pun berencana melakukan pengawasan intens distribusi beras Bulog ke penjuru negeri hingga akhir tahun. Ini karena pemerintah akan menyalurkan bantuan pangan pada masa paceklik tersebut, tepatnya pada Oktober dan Desember 2024. Bantuan pangan tersebut akan disalurkan pada 22 juta keluarga penerima manfaat sebesar 10 kilogram. Adapun keluarga penerima manfaat umumnya masyarakat berpendapatan rendah.

Reporter: Andi M. Arief

Liputan khusus Arah Pemerintahan Baru ini didukung oleh:

Logo-logo

Cek juga data ini

Berita Katadata.co.id di WhatsApp Anda

Dapatkan akses cepat ke berita terkini dan data berharga dari WhatsApp Channel Katadata.co.id

Ikuti kami

Artikel Terkait

Video Pilihan
Loading...