Bapanas: Ada 21 Senyawa Residu di Anggur Shine Muscat dari Cina, Tapi Masih Aman
Badan Pangan Nasional atau Bapanas menyebut anggur varietas shine muscat dari Cina mengandung pestisida. Namun kadar pestisida tersebut berada di bawah Batas Maksimum Residu atau BMR.
Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi mengatakan ada 21 senyawa residu dalam anggur shine muscat yang diimpor dari Cina. Kandungan tersebut ditemukan dalam 10% dari 350 sampel anggur shine muscat yang diuji oleh Dinas Urusan Pangan Daerah.
"Kami mengimbau seluruh masyarakat agar melakukan pencucian anggur sebelum dikonsumsi. Tindakan ini sangat penting untuk mengurangi resiko residu yang masih tertinggal di permukaan buah," kata Arief di kantornya, Senin (4/11).
Senada, Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan, Taruna Ikrar, mengatakan kandungan pestisida dalam anggur shine muscat dari Negeri Panda masih dalam kadar aman. Secara rinci, jumlah residu pestisida tersebut adalah 0,02 microgram per kilogram, sedangkan BMR residu pestisida adalah 0,07 microgram per kilogram.
Taruna mencatat pengujian tersebut dilakukan di beberapa pintu masuk anggur asal Negeri Tirai Bambu, yakni Pelabuhan Tanjung Priok, Pelabuhan Tanjung Perak, dan Pelabuhan Belawan. Selain itu, pengujian dilakukan di pusat-pusat penjualan anggur shine muscat, seperti Jabodetabek dan Bandung.
"BPOM mendapatkan hasil secara objektif dan independen, tanpa pengaruh siapapun," kata Taruna.
Aman untuk Anak
Direktur Perumusan Standar Keamanan dan Mutu Pangan Bapanas, Yusra Egayanti, mengatakan pengujian residu anggur shine muscat membuktikan dapat dikonsumsi semua kelompok umur. Sebab, BMR yang ditetapkan oleh pemerintah telah mempertimbangkan kelompok umur rentan, yakni anak-anak dan balita.
Walau demikian, Egayanti mengingatkan agar konsumsi anggur shine muscat tetap tidak boleh berlebihan. Hal tersebut penting lantaran penentuan BMR di dalam negeri telah disesuaikan dengan kapasitas konsumsi masyarakat lokal.
Oleh karena itu, Egayanti menilai BMR setiap negara sangat mungkin berbeda lantaran disesuaikan dengan perilaku masyarakat di masing-masing negara. Maka dari itu, Egayanti menilai penghentian arus impor anggur shine muscat dari China ke Thailand disebabkan oleh perbedaan BMR.
"Bukan berarti positif residu pestisida langsung berbahaya, bisa saja tidak ada pengaturan yang spesifik. Perbedaan regulasi itu lazim pada produk pangan," katanya.