Menkop Budi Uji Coba Pabrik Khusus Koperasi Produsen Susu
Menteri Koperasi Budi Arie Setiadi mendorong koperasi produsen susu untuk membangun fasilitas produksi mandiri. Langkah ini akan meningkatkan kemandirian peternak sapi perah dari Industri Pengolah Susu atau IPS.
Arie mencatat, mayoritas produksi susu anggota koperasi produsen susu disetor pada IPS. Dengan demikian, mayoritas peternak saat ini bergantung pada kontrak pembelian susu segar dari IPS.
"Kami sedang mencoba melakukan uji coba produksi susu hasil koperasi produsen susu segar untuk diolah, dikemas, dan dijual langsung ke masyarakat," kata Budi di kantornya, (11/11).
Budi mengaku sedang melakukan percobaan pembangunan IPS khusus koperasi produsen susu segar. Namun, ia tidak menjelaskan lebih lanjut peserta, lokasi, maupun anggaran uji coba tersebut.
Walau demikian, Budi menilai pendirian IPS khusus koperasi menjadi penting untuk mendukung program Makan Bergizi Gratis. Salah satu turunan program MBG adalah Minum Susu Gratis.
Budi merancang IPS khusus koperasi produsen susu tersebut akan memproduksi bubuk susu tanpa krim, bubuk susu murni, yogurt, keju, dan produk sampingan hasil produksi keju yang disebut whey. Ia menilai, pendirian IPS khusus tersebut pada akhirnya dapat membuat daya saing susu lokal meningkat
Budi menilai, pembangunan IPS khusus tersebut pada akhirnya dapat meningkatkan konsumsi susu per kapita di dalam negeri yang kini hanya 15 liter per tahun. Angka tersebut jauh lebih rendah dari konsumsi susu per kapita di Vietnam yang mencapai 75 liter per tahun.
Namun, Budi menyampaikan mitigasi jangka pendek untuk mendukung industri peternakan sapi perah dengan memasukkan koperasi produsen susu ke dalam rantai pasok industri pengolahan susu. Langkah tersebut akan dilakukan saat Budi mengunjungi kawasan Bandung Raya bersama Lembaga Pengelola Dana Bergulir pekan depan.
Selain daya saing, Budi mengatakan, produktivitas susu segar nasional terbilang rendah dibandingkan negeri jiran. Sebab, produktivitas sapi perah di dalam negeri hanya mencapai 12 liter per hari, sedangkan produktivitas di Selandia Baru mencapai 32 liter per hari.
Budi mencatat, anggaran Minum Susu Gratis pada tahun depan mencapai Rp 14 triliun. Rendahnya produktivitas membuat peternak lokal hanya mampu memasok susu segar senilai Rp 1,5 triliun sepanjang 2025.
"Saya sudah diskusi dengan pakar peternakan, akar rendahnya produktivitas adalah bibit sapi perah dan khususnya pakan," katanya.
Volume susu impor pada tahun lalu mencapai 3,7 juta ton, sedangkan produksi susu lokal mencapai 837.233 ton. Susu impor mendominasi pasar domestik mencapai 80%.
Wakil Menteri Koperasi Kemenkop Ferry Joko Juliantono menghitung pembebasan bea masuk dari Australia dan Selandia Baru sebesar 5% membuat harga susu asal kedua negara tersebut lebih rendah hingga Rp 2.000 per liter dibandingkan susu lokal. Maka dari itu, peternak lokal menjual susu segar senilai Rp 7.000 per liter, sedangkan nilai keekonomiannya mencapai Rp 9.000 per liter.
Ferry menyampaikan, salah satu mitigasi mengatasi isu ini adalah menjadikan serapan susu lokal sebagai syarat impor susu. Menurutnya, kebijakan tersebut secepatnya diberlakukan pada pekan ini.