Luhut: Indonesia Perlu Waspadai Dampak Kebijakan Proteksionisme Trump
Ketua Dewan Ekonomi Nasional Luhut Binsar Pandjaitan menilai, Indonesia perlu mewaspadai dampak kebijakan proteksionis Amerika Serikat (AS) usai kemenangan Donald Trump dalam pemilihan presiden. Proteksionisme yang kemungkinan kembali diterapkan di periode kedua pemerintahan Trump akan membuat dolar menguat dan berimbas pada pelemahan rupiah.
“Kita lihat dampak masa jabatan Presiden Trump kedua ini, perlambatan (ekonomi) dunia, PDB dunia akan lebih rendah, dan inflasi global lebih tinggi, karena kita takut dolar AS tambah kuat, akan kena ke rupiah kita,” kata Luhut saat menyampaikan pidato kunci dalam acara public lecture yang digelar Lembaga Administrasi Negara (LAN) di Jakarta, Senin.
Menurut Luhut, Indonesia perlu untuk “bermain cantik” dengan AS. Ia menilai Trump sebagai pemimpin yang pragmatis, akan selalu bereaksi keras apabila terdapat kebijakan yang menyangkut kepentingan dirinya.
“Ini kan banyak dampak politik dari setiap kebijakan yang kita buat, karena Presiden Trump itu, saya paham mengenai dia, orang yang pragmatis. Dari cara yang menyangkut kepentingan dia, dia akan bereaksi dengan keras,” ujarnya.
Luhut juga menyoroti adanya Kementerian Efisiensi AS atau Department of Government Efficiency (DOGE) yang nantinya bakal dinakhodai Elon Musk. Menurutnya, pembentukan kementerian itu kian mencerminkan tekad Trump yang akan memangkas hal-hal yang tidak perlu dari pemerintahannya. Perubahan ini juga harus terus diwaspadai Indonesia.
“Saya lihat menteri efisiensinya dia, si Elon Musk yang saya kenal baik juga, itu pasti mereka akan melakukan itu, dan dia akan cut budget sampai US$ 2 triliun dolar AS,” kata dia.
Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro juga memperkirakan, terdapat berbagai risiko yang akan dihadapi perekonomian Indonesia buntut Trump memenangi konstetasi Pemilihan Umum (Pemilu) AS tahun ini. Arah kebijakan Donald Trump yang menitikberatkan pada "American First Policy", bakal kembali mengetatkan kebijakan perdagangan serta memperpanjang perang dagang dengan China
"Pertama proteksionisme, ada probability akan dilakukannya lagi, kemudian trade war yang semakin keras dibandingkan dengan periode Joe Biden," kata Andry
Selain perang dagang, Andry juga menyoroti potensi perlambatan kebijakan transisi energi di bawah kepemimpinan Trump. Menurutnya, kebijakan terkait perubahan iklim akan mendapatkan lebih sedikit dukungan, yang dapat memperlambat upaya transisi energi global. Hal itu menjadi kekhawatiran besar bagi Indonesia yang sedang giat mempercepat transisi energi dengan bantuan internasional.