Beda dengan Mendag, Gubernur BI Sebut CEPA Bukan Kunci Hadapi Perang Dagang AS
Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai Kemitraan Ekonomi Komprehensif alias Comprehensive Economic Partnership Agreement (CEPA) bukan strategi yang jitu menghadapi perang dagang yang akan gencar dilakukan Presiden Terpilih Amerika Serikat (AS), Donald Trump. Pasalnya, Trump akan menetapkan tarif impor yang tinggi untuk negara-negara yang memiliki surplus perdagangan tinggi dengan AS, termasuk Kanada.
“Kita harus paham bagaimana cara menghadapi Amerika, bukan melalui WTO atau CEPA, tapi harus deal directly,” ujar Perry dalam Seminar KAFEGAMA: Menuju Pertumbuhan Menuju Indonesia Maju di Menara BTN, Jakarta, Sabtu (14/12).
Dengan adanya moto America First yang diusung Trump, Perry menilai presiden tersebut tidak percaya dengan perjanjian multilateral. Ia hanya ingin melakukan perjanjian bilateral dengan negara tertentu yang dinilai menguntungkan mereka.
Amerika juga tengah mengupayakan pertumbuhan ekonomi dengan cara meningkatkan ekspor dan menurunkan impor. Menurut Perry, tidak masalah bila Indonesia masih mengimpor dari Amerika Serikat, asal jumlah ekspornya lebih tinggi.
“Meskipun nettonya ada satu miliar, tapi ekonomi kita naik. Itu taktik yang harus kita lakukan,” ujarnya.
Mendag Andalkan CEPA
Berbeda dengan Perry, Menteri Perdagangan Budi Santoso menilai salah satu CEPA, yakni ICA dengan Kanada, bakal mempermudah barang lokal masuk ke Amerika Serikat. Perjanjian perdagangan ini bisa menjadi alternatif eksportir untuk menjaga performa ekspor ke AS di era Presiden Trump, yang kemungkinan menerapkan kebijakan proteksionisme.
"ICA-CEPA jadi akses yang bisa digunakan agar lebih mudah memasarkan produk-produk kita ke negara-negara di Amerika Utara, termasuk Amerika Serikat," kata Budi dalam konferensi pers di Jakarta Pusat, Senin (2/12).
Budi menyampaikan, ICA-CEPA dapat menghindari kebijakan-kebijakan yang menghambat proses ekspor ke negara-negara di Amerika Utara. Pasalnya, Kanada dapat menjadi pintu masuk produk lokal ke negara-negara tetangga Negeri Pecahan Es, khususnya Amerika Serikat.
Selain itu, Budi mengatakan ICA-CEPA dapat menggenjot ekspor minyak sawit mentah atau CPO langsung ke Kanada. Sejauh ini, Kanada memasok CPO dari tiga negara, yakni Indonesia, Malaysia, dan Amerika Serikat.
Salah satu CEPA yang tengah digodok pemerintah adalah dengan Uni Eropa alias IEU CEPA. Pemerintah sudah bernegosiasi untuk membentuk CEPA sejak delapan tahun lalu. Melansir laman Kementerian Perdagangan, perundingan IEU CEPA ini diluncurkan pada 18 Juli 2016 lalu dan sudah melewati 19 putaran perundingan, terakhir pada Juli 2024.
Terbaru, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyebut perjanjian ini tengah memasuki tahap negosiasi akhir. Ia menargetkan perundingan selesai tahun depan.
“IEU-CEPA kami targetkan selesai semester I 2025,” ujarnya dalam Bisnis Indonesi Economic Outlook 2025 di Jakarta, Selasa (10/12).