Airlangga Ungkap Alasan KEK Pariwisata Minim Investor: Kurang Akses Penerbangan


Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengakui investasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) sektor pariwisata masih minim. Menurutnya, minimnya aliran modal yang masuk karena kendala akses rute penerbangan.
KEK yang dimaksud adalah KEK Mandalika Nusa Tenggara Barat, KEK Tanjung Lesung Banteng, KEK Morotai Maluku Utara, KEK Likupang Sulawesi Utara dan KEK Golo Mori Labuan Bajo, Nusa Tenggara Timur.
Dia mengatakan lemahnya investasi ke KEK sektor pariwisata dipicu oleh ketiadaan rute maskapai penerbangan domestik dan internasional yang menghubungkan negara-negara tetangga ke kota kecil secara langsung.
Airlangga mengatakan rute penerbangan direct flight ke sejumlah KEK sektor pariwisata cenderung lebih banyak tersedia sebelum masa Pandemi Covid-19. Dia mengatakan aksesibilitas yang buruk membuat KEK sulit menarik wisatawan.
"Kalau tidak ada penerbangan bagaimana turis mau datang? Kalau mereka harus ke Jakarta dulu untuk ke Mandalika atau Sulawesi Utara, itu kan bolak-balik," kata Airlangga di Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur pada Selasa (17/12).
Politikus Partai Golkar itu mengatakan pemerintah berupaya membuka layanan penerbangan dari sejumlah bandara domestik maupun internasional agar dapat melayani penerbangan langsung menuju ke KEK sektor pariwisata di Indonesia.
"Pemerintah mau membuka regional airlines sehingga mereka bisa langsung ke tujuannya," ujar Airlangga.
Layanan penerbangan langsung merupakan salah satu insentif yang dapat mempercepat masuknya laju investasi di KEK pariwisata. "Dengan membuka jalur internasional itu bagian dari insentif, yang penting jembatan udaranya yang dibuka," kata Airlangga.
Adapun Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) menargetkan perolehan devisa dari sektor pariwisata dan ekonomi kreatif berada di rentang US$ 7,38 miliar hingga US$ 13,08 miliar pada 2024.
Hingga Juli 2024, Kemenparekraf telah mengumpulkan devisa sejumlah US$ 7,46 miliar atau Rp 113,69 triliun dengan asumsi kurs Rp 15.240 per dolar AS.
Kemenparekraf mencatat angka kunjungan 7,75 wisatawan mancanegara hingga Juli 2024. Jumlah ini telah mencapai 45,59% dari target 17 juta kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun ini.