Laba Industri di Cina Menurun pada November 2024
Data Biro Statistik Nasional menunjukkan, keuntungan atau laba industri di Cina menurun 7,3% pada November 2024 jika dibandingkan dengan periode yang sama pada 2023. Meski menurun, tingkat laba industri di Cina membaik jika dibandingkan Oktober 2024 yang jeblok hingga mencapai 10%.
Reuters menyebut, negara dengan ekonomi terbesar kedua di dunia ini masih berjuang memulihkan ekonomi usai pandemi. Ini karena kondisi investasi yang lemah di tengah meningkatnya risiko perdagangan akibat terpilihnya Donald Trump sebagai presiden dalam Pemilu Amerika Serikat (AS).
“Penurunan lebih tipis ini menunjukkan adanya peningkatan laba pada November, disebabkan oleh langkah-langkah stimulus ekonomi yang baru-baru ini mulai terasa,” kata seorang peneliti ekonomi makro di China Everbright Bank, Zhou Maohua dikutip dari Reuters, Jumat (27/12).
Tidak hanya laba, indeks harga produsen pada November 2024 turun 2,5%, lebih baik dibandingkan bulan sebelumnya yang mencapai 2,9%.
Bank Dunia pada kamis (27/12) merevisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Cina tahun ini menjadi 4,9%, naik dibandingkan prediksi Juni sebesar 4,8%.
Meski proyeksi pertumbuhan ekonomi naik tipis, namun periode Januari hingga November 2024 laba industri Cina turun 4,7%. Kondisi ini lebih parah jika dibandingkan periode Januari-Oktober 2024 yang mencapai 4,3%. Reuters menulis, hal ini mencerminkan masih lemahnya permintaan dari sektor swasta dalam ekonomi Cina.
Berdasarkan data NBS, laba perusahaan BUMN Cina turu 8,4% selama Januari-November 2024. Sementara perusahan asing yang berlokasi di Cina membukukan penurunan laba 0,8%, dan perusahan sektor swasta di sana mencatat laba turun 1%.
“Sektor industri Cina sedang memulih secara tidak merata di tengah permintaan yang belum mencukupi. Memperlihatkan kesulitan yang dihadapi sektor real estate dan beberapa industri terkait,” ujarnya.
Pimpinan Cina berjanji akan meningkatkan defisit, menerbitkan lebih banyak hutang dan melonggarkan kebijakan moneter, guna mempertahankan tingkat pertumbuhan ekonomi yang stabil.
Pemerintah juga berjanji untuk meningkatkan dukungan fiskal langsung kepada konsumen dan meningkatkan jaminan sosial. Reuters melaporkan, Beijing telah setuju menerbitkan obligasi khusus senilai US$ 411 miliar tahun depan atau Rp6.676 triliun.