Indonesia Setop Impor Garam Tahun Ini, Pasokan Domestik Baru 63% dari Kebutuhan
Pemerintah Indonesia menutup keran impor garam konsumsi pada 2025. Namun, produksi garam domestik masih belum bisa memenuhi kebutuhan konsumsi garam di Indonesia.
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan, kebutuhan bahan baku garam nasional tahun 2024 dan 2025 adalah 4,9 juta ton. Kebutuhan tersebut diasumsikan meningkat 2,5% per tahun karena adanya pertumbuhan penduduk dan pertumbuhan sektor industri.
Rencana produksi dalam negeri tahun 2025 adalah 2,25 juta ton. Jika ditambah sisa stok 836 ribu, maka pasokan garam lokal sudah memenuhi 63 persen dari total kebutuhan.
“Sisanya tentu menjadi peluang usaha yang besar dan menjanjikan bagi para produsen garam bahan baku, baik petambak garam rakyat maupun badan usaha,” kata Direktur Jenderal Pengelolaan Kelautan dan Ruang Laut, Victor Gustaaf dalam siaran resmi KKP di Jakarta, Sabtu (4/1).
Dia mengatakan, KKP menyiapkan langkah strategis menuju pencapaian swasembada garam nasional. Dukungan teknologi, peningkatan kapasitas produksi, dan pengelolaan sumber daya berkelanjutan, membuat KKP optimis dapat mencapai target.
“Produksi garam rakyat kita sudah memiliki kualitas yang baik, kita bisa bersaing dengan negara lain, sehingga ke depan tidak perlu lagi impor,” ujarnya.
Victor mengatakan, KKP telah merancang program swasembada garam yang melibatkan berbagai pihak, termasuk petambak garam, pemerintah daerah serta pelaku industri. Sebagai bagian dari rencana tersebut, KKP juga telah mengidentifikasi wilayah potensial pengembangan tambak garam, salah satunya Indramayu, Jawa Barat.
Indramayu akan menjadi fokus utama pembangunan infrastruktur, pelatihan petambak, dan akses pembiayaan. Luas lahan produktif di Indramayu pada 2024 sebesar 1.445,65 hektar dengan total produksi sebesar 135.891,10 ton. Produktivitas lahan tersebut mencapai 94 ton/hektar. Sementara stok saat ini sebesar 25.000 ton tersebar di 4 kecamatan Krangkeng, Losarang, Kandanghaur, dan Patrol.
Selain mengidentifikasi wilayah, KKP mendorong inovasi teknologi dalam proses produksi garam. Penggunaan metode geomembran, misalnya, telah terbukti meningkatkan kualitas dan kuantitas garam yang dihasilkan oleh petambak lokal.
Ekstensifikasi dan Intensifikasi
Mulai 2025, Victor mengatakan, KKP akan melakukan terobosan berupa modelling ekstensifikasi tambak garam di Nusa Tenggara Timur dengan target 2.500 Ha. Ekstensifikasi itu menggunakan metode konvensional, namun dilengkapi dengan penerapan mekanisasi panen.
Selain itu, KKP juga melakukan intensifikasi melalui modernisasi teknologi produksi garam dengan target 1.800 Ha melalui metode concentrated brine di 5 provinsi, termasuk Jawa Barat.
“Pada 2024, produksi garam rakyat mencapai 2,04 juta ton, melebihi target produksi 2 juta ton. Ini menunjukkan bahwa program pengembangan tambak garam telah berjalan sesuai rencana,” ujar Victor.
Salah satu petambak garam dari Kecamatan Krangkeng Indramayu,Maming, optimis bahwa produksi garam Indramayu mampu meningkat dua kali lipat. "Teknologi yang ada saat ini sangat membantu dalam menjaga kualitas garam yang kami hasilkan,” ujar Maming.
Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan, Sakti Wahyu Trenggono meninjau langsung Gudang Garam Nasional di Kecamatan Krangkeng, Indramayu pekan lalu. Kunjungan tersebut untuk berdialog dengan pelaku usaha garam di sana membahas upaya pencapaian target swasembada garam di 2027.