Bapanas Masih Temukan Harga Gabah Kering di Bawah HET Rp 6.500 per Kg

Ringkasan
- Hari Internasional Perempuan dan Anak Perempuan dalam Sains mengakui kontribusi perempuan dalam ilmu pengetahuan, teknologi, rekayasa, dan matematika (STEM).
- Peringatan ini bertujuan untuk mendorong partisipasi perempuan dalam STEM dan merayakan perempuan yang telah menginspirasi di bidang sains.
- Peringatan ini juga membantu mengatasi ketidakseimbangan gender dalam STEM dan mendorong inovasi dan kemajuan ilmiah dengan memastikan keterlibatan seluruh potensi manusia.

Badan Pangan Nasional (Bapanas) masih menemukan harga Gabah Kering Panen (GKP) di beberapa provinsi berada di bawah Harga Eceran Tertinggi (HET) Rp 6.500 per kilogram.
Berdasarkan pemantauan pada Senin (17/2), setidaknya ada tujuh provinsi yang mengalami kondisi ini, yaitu Jambi, DI Aceh, Sumatra Utara, Sumatra Selatan, Kalimantan Tengah, Banten, dan Kalimantan Barat.
"Harga GKP terendah saat ini ditemukan di Kalimantan Barat senilai Rp 5.450 per kg, sedangkan harga tertinggi tercatat di Sulawesi Barat sebesar Rp 7.200 per kg," ungkap Kepala Bapanas Arief Prasetyo Adi, di kawasan Kementerian Pertanian, Jakarta pada Senin (17/2).
Arief juga mengungkapkan bahwa pengusaha penggilingan padi di Sumatra Selatan telah berkomunikasi dengan Bapanas dan berencana membeli gabah dengan harga sesuai HET, yakni Rp 6.500 per kg, dalam waktu dekat.
Ia mengakui bahwa harga GKP di beberapa provinsi masih di bawah HET, namun menilai petani tidak terlalu dirugikan mengingat laju penyerapan beras atau gabah setara beras oleh Perum Bulog telah mencapai 10.000 ton per hari.
Pemerintah telah mewajibkan Bulog untuk membeli GKP sesuai Harga Pembelian Pemerintah (HPP) sebesar Rp 6.500 per kg. Ketentuan ini diatur dalam Peraturan Kepala Bapanas No. 3 Tahun 2025 mengenai HPP Bulog untuk pengadaan gabah dari dalam negeri.
"Saat ini, stok Cadangan Beras Pemerintah (CBP) telah mencapai 1,9 juta ton hingga 2 juta ton," kata Arief.
Proyeksi Produksi Beras Meningkat
Kementerian Pertanian (Kementan) memproyeksikan produksi beras pada Maret 2025 akan mencapai 5,72 juta ton. Jika terealisasi, produksi bulan ini akan menjadi angka tertinggi dalam lima tahun terakhir.
Direktur Pengolahan dan Pemasaran Hasil Tanaman Pangan Kementan Mulyono memperkirakan total produksi GKP pada kuartal pertama 2025 sekitar 18 juta ton.
"Asumsi produksi gabah setara beras pada Januari-Maret 2025 sekitar 9 juta ton. Ini harus menjadi perhatian bersama semua pemangku kepentingan," kata Mulyono dalam acara Sosialisasi Pelaksanaan Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan Beras tingkat Konsumen 2025, Selasa (14/1).
Berdasarkan data Bapanas, proyeksi produksi beras pada Januari-Februari 2025 mencapai 3,28 juta ton. Perhitungan ini didasarkan pada total luas tanam sekitar 3,5 juta hektare dengan asumsi rata-rata produktivitas gabah sekitar 5 ton per hektare.
Mulyono menekankan pentingnya penyerapan hasil produksi petani pada kuartal pertama tahun ini. Momen ini akan menentukan semangat petani untuk melanjutkan penanaman pada musim selanjutnya.