Kereta Semi Cepat Jakarta-Surabaya Kembali Dibahas, Skema Pendanaannya Disiapkan


Kementerian Perhubungan (Kemenhub) memperluas cakupan studi proyek kereta semi cepat dari Jakarta-Semarang menjadi Jakarta-Surabaya. Jalur kereta ini berbeda dengan rel Kereta Cepat Indonesia China (KCIC), yang saat ini telah beroperasi dengan layanan Whoosh.
Direktur Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Risal Wasal mengungkapkan bahwa KCIC sedang mempelajari kemungkinan perpanjangan rute kereta cepat hingga Surabaya. Di sisi lain, investor dari Jepang juga tengah mengkaji proyek kereta semi cepat di jalur yang sama.
Risal menyebut studi tersebut tengah mempertimbangkan dua rute alternatif, yakni jalur utara dan jalur selatan. Namun, ia belum memberikan kepastian kapan kajian tersebut akan selesai.
"Ke depan, kami mencoba mengkaji untuk menghidupkan proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya," ujarnya di Jakarta, Rabu (5/3).
Menurut Risal, proyek ini berpotensi dilakukan melalui dua skema, yakni investasi penuh oleh pihak swasta atau kerja sama pemerintah dan badan usaha (KPBU). Dengan demikian, investor akan bertanggung jawab mulai dari pra-studi kelayakan, studi kelayakan dan dana konstruksi.
Dalam skema investasi penuh, pemerintah dapat langsung menunjuk investor sebagai operator proyek, sementara dalam skema KPBU, pemerintah dapat melelang konstruksi dan pengoperasian proyek tersebut.
Progres Kajian dan Target Penyelesaian
Sebelumnya, Direktur Lalu Lintas dan Angkutan Kereta Api Ditjen Perkeretaapian Djarot Tri Wardhono menargetkan kajian kereta semi cepat Jakarta-Semarang rampung pada 2024.
Namun, hingga kini hasil studi tersebut belum diumumkan. "Kemenhub masih melakukan kajian secara menyeluruh, sehingga belum bisa dipastikan target penyelesaian proyek ini," kata Djarot.
Djarot menambahkan, tujuan pembangunan kereta semi cepat ini adalah untuk meningkatkan layanan transportasi dan mempercepat mobilitas penumpang.
Biaya dan Sumber Pendanaan
Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi menegaskan bahwa tarif Kereta Cepat Jakarta-Surabaya nantinya akan lebih ekonomis dibandingkan Whoosh Jakarta-Bandung. Dengan panjang lintasan sekitar 900 kilometer, perjalanan dapat ditempuh dalam dua jam.
Menurut Budi, proyek ini akan lebih mudah dibangun karena Indonesia telah memiliki pengalaman dengan Whoosh. Namun, ia mengakui keterbatasan anggaran negara menjadi tantangan utama.
"Dengan keterbatasan APBN, proyek ini akan mengandalkan creative financing. Artinya, akan ada investor yang membiayai proyek ini hingga terwujud," kata Budi dalam acara Jumpa Pers Akhir Tahun Kemenhub 2023, Rabu (20/12).