Indonesia Sumbang 30% Pekerja di Pabrik Global Nike dan Adidas


Kementerian Perindustrian (Kemenperin) mencatat tenaga kerja lokal berkontribusi hampir 30% dari total buruh di pabrik global milik Adidas dan Nike.
Pada saat yang sama, jumlah tenaga kerja di subsektor alas kaki dan pakaian tumbuh 6,07% secara tahunan, dari 290.526 orang pada 2023 menjadi 308.183 orang pada tahun lalu.
Juru Bicara Kemenperin Febri Hendri Antoni Arief menjelaskan peningkatan kontribusi tenaga kerja domestik disebabkan oleh relokasi pabrik Adidas dan Nike ke dalam negeri.
"Beberapa pabrik yang sebelumnya beroperasi di Cina, Vietnam, dan Kamboja telah pindah ke Indonesia," ujar Febri dalam keterangan resmi, Senin (17/3).
Pihaknya berkomitmen menciptakan iklim investasi yang kondusif, meningkatkan keterampilan tenaga kerja, dan memperkuat infrastruktur industri.
"Hal ini bertujuan agar Indonesia semakin menjadi mitra strategis dalam rantai pasok global," ujarnya.
Pertumbuhan Tenaga Kerja di Subsektor Alas Kaki
Kemenperin melaporkan bahwa subsektor alas kaki telah merekrut 7.644 tenaga kerja baru pada tahun lalu, sehingga total tenaga kerja naik 2,89% dari 264.130 orang pada 2023 menjadi 271.774 orang pada 2024. Sementara penyerapan tenaga kerja di subsektor pakaian jadi meningkat 37,93% secara tahunan menjadi 36.409 orang.
Namun, tidak semua pabrikan mengalami ekspansi. Febri mengungkapkan bahwa anak usaha PT Pan Brothers Tbk, PT Pancaprima Ekabrothers justru mengurangi tenaga kerjanya hampir 11% pada tahun lalu. Meski demikian, ia tidak merinci jumlah tenaga kerja yang terdampak pemutusan hubungan kerja (PHK).
Di sisi lain, sejumlah pabrikan lain di industri alas kaki dan pakaian jadi di dalam negeri telah melakukan ekspansi. Pabrik-pabrik yang memenuhi pesanan Adidas dan Nike, yang mayoritas berasal dari investasi asing.
"Beberapa pabrikan yang memperluas tenaga kerjanya tahun lalu antara lain PT Batang Apparel Indonesia dan PT Korrun Indonesia," kata Febri.
Ia menambahkan bahwa Batang Apparel merupakan investasi Ontide asal Korea Selatan, sedangkan Korrun adalah perusahaan koper dan tas asal Cina.
Kinerja Ekspor Alas Kaki dan Pakaian Meningkat
Peningkatan tenaga kerja di sektor tekstil dan produk tekstil sejalan dengan pertumbuhan kinerja ekspor sepanjang tahun lalu. Kemenperin mencatat nilai ekspor alas kaki dan pakaian tumbuh 9,8% secara tahunan menjadi US$ 11,2 miliar atau sekitar Rp 117,4 triliun.
Mayoritas atau 60% dari nilai ekspor pakaian berasal dari pasar Amerika Serikat. Sementara nilai ekspor alas kaki tumbuh 24,6% secara tahunan menjadi US$ 2,9 miliar atau sekitar Rp 45,93 triliun.
Febri menilai peningkatan ekspor ini sebagai peluang penguatan industri dalam negeri. "Daya saing industri manufaktur kita semakin diakui dunia. Peningkatan ekspor ini juga membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat," katanya.