Pengusaha CPO Dorong Perlakuan Khusus ke Pasar Amerika Serikat


Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia atau Gapki mendorong perlakuan khusus kepada Amerika Serikat untuk menghadapi peningkatan tarif ke Negeri Paman Sam sebesar 32%. Hal tersebut dinilai penting untuk menjaga pangsa pasar CPO lokal di Amerika Serikat.
Ketua Umum Gapki, Edi Martono, menilai implementasi peningkatan tarif tidak akan mengurangi permintaan minyak sawit mentah atau CPO domestik di Amerika Serikat. Namun, Edi berpendapat perlakuan khusus diperlukan agar pangsa pasar CPO nasional di Negeri Hollywood dapat dijaga atau 89% dari total permintaan di Negeri Paman Sam.
"Kalaupun ekspor CPO ke Amerika Serikat turun, seharusnya tidak terlalu besar atau mungkin stagnan. Namun, pemerintah harus berbuat sesuatu agar pasar CPO nasional di Negeri Paman Sam tidak hilang," kata Edi kepada katadata.co.id, Selasa (15/4).
Edi mencatat rata-rata volume ekspor CPO ke Amerika Serikat mencapai 2,5 juta ton pada 2023. Angka tersebut susut 12% pada tahun lalu menjadi hanya 2,2 juta ton senilai US$ 2,9 miliar. Edi optimistis ekspor CPO ke Negeri Hollywood dapat digenjot menjadi 3 juta ton mengingat pertumbuhan industri pangan olahan di sana.
Edi menjelaskan permintaan CPO di Amerika Serikat sulit untuk turun lantaran tidak semua industri dapat menggantikan CPO sebagai bahan baku. Edi mencontohkan pembuatan margarin yang tidak bisa diganti menjadi minyak kedelai.
"Minyak kedelai harus melalui proses hidrogenasi yang akan menghasilkan minyak trans yang membahayakan untuk kesehatan sehingga dilarang baik di Amerika Serikat maupun negara lain," kata Edi.
Walau demikian, Edi menilai pangsa pasar CPO Indonesia dapat direbut oleh CPO asal Malaysia. Sebab, beban ekspor CPO di Malaysia lebih rendah atau hanya 24% dibandingkan beban ekspor CPO Indonesia sebesar 32%.
Beban ekspor yang dimaksud adalah kebijakan kewajiban pasar domestik atau DMO oleh Kementerian Perdagangan, pungutan ekspor oleh Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit, dan bea keluar oleh Kementerian Keuangan. Edi menghitung ketiga beban tersebut menambah harga CPO lokal di pasar ekspor hingga US$ 221 per ton.
Dengan demikian, Edi mengatakan CPO asal Negeri Jiran lebih kompetitif dibandingkan CPO lokal. Maka dari itu, Edi mengusulkan agar ada pengurangan beban ekspor khusus pasar Amerika Serikat agar CPO Indonesia lebih kompetitif.
"Kalau beban ekspor CPO Indonesia bisa lebih kecil dari Malaysia akna bagus sekali, ini khusus pasar Amerika Serikat," ujar Edi.